Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BEI Ungkap 2 Faktor Penyebab IHSG Melandai 1 Persen Lebih

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 1,26 persen atau 65,14 poin ke level 5.096,69 pada akhir sesi pertama Selasa (15/9/2020).
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektornik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (17/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektornik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (17/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia menyampaikan Indeks harga saham gabungan tertekan aksi jual setelah pada dua sesi sebelumnya menguat signifikan dan respons pasar terhadap data neraca perdagangan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 1,26 persen atau 65,14 poin ke level 5.096,69 pada akhir sesi pertama Selasa (15/9/2020). Laju indeks harus tersungkur setelah mampu rebound dalam dua perdagangan sebelumnya.

Sepanjang sesi pertama, tercatat sebanyak 102 saham menguat, 296 terkoreksi, dan 309 stagnan. Total nilai transaksi saham senilai Rp4,34 triliun di seluruh papan perdagangan dengan net sell investor asing Rp494,80 miliar.

Emiten berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps menempati daftar tiga teratas top laggards IHSG dengan koreksi adalah BBCA 2,64 persen, BBRI 3,20 persen, dan TLJM 2,42 persen. Sebaliknya, tiga saham penahan koreksi indeks atau top leaders yakni POLL 14,11 persen, TPIA 1,45 persen, dan UNTR 1,63 persen.

Investor asing melepas saham BBCA dengan net sell Rp221,1 miliar. TLKM juga menjadi sasaran aksi jual asing dengan net sell Rp36,8 miliar.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan koreksi IHSG terjadi setelah meningkat signifikan kemarin. Selain itu, pasar merespons data ekspor-impor dari BPS.

"Market naik banyak kemaren dan ada data ekspor dan impor yang kemungkinan direspons negatif oleh pasar," paparnya, Selasa (15/9/2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Agustus 2020 mengalami surplus US$2,33 miliar, lebih rendah dari sebelumnya US$3,26 miliar pada Juli 2020.

Adapun, nilai ini diperoleh dari posisi nilai ekspor US$13,07 miliar yang lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$10,74 miliar selama Agustus 2020.

Namun, secara tahunan, pada Agustus 2020 ekspor turun 8,36 persen year on year, sedangkan impor anjlok 24,19 persen yoy.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan kinerja surplus neraca perdagangan per Agustus lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya. Sentimen itu menjadi penekan laju IHSG pada sesi pertama Selasa (15/9/2020).

“[Surplus neraca perdagangan lebih rendah] sehingga menyebabkan terjadinya aksi profit taking,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/9/2020).

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan IHSG koreksi wajar karena dua hari perdagangan sebelumnya naik signifikan. Selain itu, ada pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diperkirakan akan kembali menghambat perekonomian secara riil akhir kuartal III/2020.

“Investor juga saya rasa tidak akan agresif bertransaksi di pasar modal karena wait and see menanti penetapan suku bunga 7DRR Bank Indonesia dan The Fed,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper