Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gagal Mengekor Wall Street, Bursa Asia Kembali Dibuka Bervariasi

Bursa saham di Australia dan Korea Selatan dibuka menguat sedangkan di Jepang mengalami koreksi.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia kembali dibuka bervariasi setelah sempat memutus tren negatif yang telah berlangsung selama dua minggu beruntun ini pada Senin kemarin.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (15/9/2020),. Indeks Kospi Korea Selatan dibuka dengan kenaikan 0,3 persen. Kenaikan serupa juga dinikmati oleh pasar Australia pada indeks S&P/ASX 200.

Sementara itu, indeks Topix Jepang dibuka di zona merah setelah terkoreksi 0,5 persen. Sedangkan indeks berjangka S&P 500 naik tipis 0,1 persen hingga pukul 09.05 waktu Tokyo, Jepang.

Di Amerika Serikat, Indeks Nasdaq 100 berbalik menguat setelah sejumlah rencana akuisisi sejumlah perusahaan. Saham Oracle Corp melesat 4,3 persen setelah perusahaan tersebut dilaporkan selangkah lebih maju dari Microsoft Corp dalam negosiasi akuisisi operasi TikTok di Amerika Serikat.

Investor masih dilanda kekhawatiran setelah pasar modal mencatat pelemahan selama dua minggu beruntun di tengah volatilitas yang tinggi serta ketidakpastian terkait perkembangan vaksin virus corona.

Sementara itu, The Fed kemungkinan mempertahankan strategi kebijakan moneter yang dovish seiring dengan sikap investor yang terus memantau tanda-tanda pemulihan ekonomi global, termasuk tingkat inflasi setelah The Fed menetapkan target barunya.

DI sisi lain, pemilihan umum Presiden Amerika Serikat yang akan dilaksanakan dalam beberapa minggu ke depan juga akan dicermati oleh para pelaku pasar.

“Volatilitas pasar telah kembali setelah kenaikan stabil di pasar aset berisiko. Valuasi saham juga telah mengalami peningkatan yang berimbas pada volatilitas yang kian tinggi,”Jelas Analis BlackRock Investment Institute Elga Bartsch.

Di sisi lain, nilai mata uang Poundsterling Inggris naik setelah Parlemen Inggris menentang rencana undang-undang Perdana Menteri Boris yang akan menghapus sejumlah poin inti dari perjanjian perpisahan dari Uni Eropa yang telah ditandatangani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper