Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Anjlok Merespons PSBB DKI, Akankah Seperti Awal Pandemi?

BEI mengatakan koreksi IHSG ini merupakan hal yang wajar sebagai reaksi pasar terhadap rencana penerapan PSBB total untuk wilayah DKI Jakarta. Lalu, bagaimana pandangan analis?
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pada perdagangan Rabu (10/9) IHSG sempat mengalami trading halt dan ditutup anjlok 5,01% atau 257,91 poin menjadi 4.891,46. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Kendati diramal masih akan mengalami pelemahan lanjutan akibat sentimen pembatasan sosial berskala besar (PSBB), koreksi indeks harga saham gabungan diyakini tidak akan kembali menembus level terendah di masa awal pandemi merebak di Indonesia.

Seperti diketahui, pada Rabu (9/9/2020) malam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan akan kembali menerapkan PSBB total per 14 September 2020, yang artinya sektor-sektor industri non-esensial harus kembali memberlakukan work from home

Selain itu, pusat-pusat perbelanjaan, hiburan, serta tempat ibadah juga ditutup dan tempat makan tak lagi diperbolehkan menerima makan di tempat. Pun, penggunaan transportasi umum kembali dibatasi. 

Merespons pengumuman tersebut, pasar langsung bergejolak pada perdagangan Kamis, (10/9/2020). 

Bahkan, perdagangan sempat dibekukan sementara (trading halt) pada pukul 10.36 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) selama 30 menit akibat koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) menyentuh 5 persen ke level 4.891.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan koreksi IHSG yang terjadi hari ini merupakan hal yang wajar sebagai reaksi pasar terhadap rencana penerapan PSBB total untuk wilayah DKI Jakarta.

“Wajar reaksi pasar terhadap PSBB ini. Dan memang [PSBB] sepertinya diperlukan untuk menjaga tingkat penularan Covid-19,” katanya, Kamis (10/9/2020).

Trading halt ini merupakan yang pertama kalinya sejak enam bulan belakangan. Terakhir, perdagangan saham dibekukan sementara pada 30 Maret 2020.

Di bulan Maret sendiri terjadi enam kali trading halt, termasuk waktu IHSG menyentuh level terendahnya tahun ini di 3.985 pada 23 Maret 2020.

Adapun trading halt pertama kalinya terjadi pada 12 Maret 2020, hanya berselang 10 hari dari pengumuman kasus pertama Covid-19 di Tanah Air. Kala itu perdagangan dihentikan pukul 15.33 JATS ketika IHSG menyentuh level 4.895 setelah turun 5 persen.

“Posisi index pada halt terakhir mirip dengan posisi index pada trading halt pertama di awal 2020,” kata Laksono.

Kendati posisi saat ini IHSG menyerupai awal pandemi, para analis masih optimistis koreksi yang dialami indeks tidak akan lebih parah dibandingkan sebelumnya.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan adanya rencana pemberlakuan kembali PSBB total membuat pelaku pasar berhitung ulang baik dari sisi pertumbuhan ekonomi maupun dari pendapatan emiten sehingga wajar jika IHSG terkoreksi.

“Tapi akan sejauh apa terkoreksinya, ini akan bergantung pada seberapa lama PSBB diberlakukan,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Menurutnya, selama pelaku pasar tidak yakin maka IHSG masih akan terus mengalami koreksi. Namun, hal ini dapat tertahan oleh adanya bantalan secara teknis seperti trading halt ketika IHSG terkoreksi mencapai 5 persen.

Selain itu, dari sisi fundamental dia menyebut level support kuat IHSG saat ini berada di sekitar 4.500. Ini mengacu pada posisi sebelum ada perkembangan soal vaksin indeks bertahan di sekitar level tersebut.

“Koreksi akan terus terjadi tapi saya yakin jika nanti ada katalis positif pasti akan naik lagi, karena bagaimanapun pasar saham itu forward looking,” imbuh Wawan.

Dia menyebut salah satu yang akan menjadi katalis positif adalah perkembangan pembuatan vaksin. Pasalnya dia menilai sentimen dari vaksin terbukti manjur mengerek kinerja IHSG.

“Waktu itu juga IHSG tembus 5.000 karena ada berita soal vaksin, sebelumnya ya bertahan di level fundamental tadi, 4.300—4.600,” katanya.

Sementara itu, Head of Investment Strategy Sinarmas Sekuritas Jeffrosenberg Tan mengatakan dari perspektif kebijakan publik, keputusan tersebut merupakan sebuah dilema antara memilih kesehatan masyarakat daripada ekonomi.

Menurutnya, keputusan ini akan menjadi sentimen negatif yang menekan pasar saham yang bergantung pada pendapatan di masa depan. Sebaliknya, dia menilai hal ini hanya akan sedikit berdampak pada pasar obligasi terutama surat utang pemerintah.

“Obligasi pemerintah hanya akan terdampak sedikit karena memiliki beberapa fitur safe haven,” ujarnya, seperti dikutip Bisnis dari Bloomberg, Kamis (10/9/2020).

Meskipun demikian, adanya harapan terhadap vaksin dan pemulihan ekonomi di negara maju membuat poteni penurunan IHSG yang terjadi saat ini tidak akan separah yang terjadi di Maret lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper