Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Anjlok 7 Persen Sepekan, Masih Ada Peluang Pulih?

Harga minyak WTI kontrak pengiriman Oktober 2020 turun 0,41 persen ke level US$36,61 per barel di New York Merchantile Exchange. Sejak akhir pekan lalu, harga terkoreksi 7,87 persen.
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Kapal tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terus menukik ke level terendah seiring dengan pesimisme terkait pemulihan permintaan global menjelang akhir tahun ini. Tak hanya itu, pelemahan harga saham juga menambah berat sentimen di pasar.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (9/9/2020) pukul 14.22 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman November 2020 di bursa ICE Futures Europe turun 0,63 persen ke US$39,53 per barel. Sejak awal bulan ini , harga anjlok 13,10 persen.

Adapun, penurunan harga ke bawah level US$40 ini merupakan yang pertama kalinya sejak Juni. Dalam dua bulan terakhir, harga minyak bertahan pada kisaran US$42 - US$45 per barel.

Selanjutnya, harga minyak WTI kontrak pengiriman Oktober 2020 turun 0,41 persen ke level US$36,61 per barel di New York Merchantile Exchange. Sejak akhir pekan lalu, harga terkoreksi 7,87 persen.

Analis mencatat pemulihan permintaan di Asia belum akan terjadi dalam waktu dekat. Pada saat bersamaan, memasuki musim gugur memang akan membuat permintaan minyak global turun sementara pasokan dari negara-negara anggota OPEC+ terus melimpah.

Tak hanya itu, sentimen dari pasar saham yang tertekan akibat hubungan AS-China yang tak kunjung membaik dan pandemi Covid-19 yang belum memperlihatkan akhir turut menekan harga minyak.

Bank of America Merrill Lynch menuliskan dalam laporannya bahwa pandemi Covid-19 belum akan selesai hingga tiga tahun ke depan walaupun vaksin ditemukan. Dengan demikian, permintaan minyak untuk pulih ke level sebelum pandemi dalam waktu dekat belum dapat dipastikan.

“Pemulihan permintaan minyak mentah ke level sebelum pandemi terus terbantahkan. Sebab, masih ada kemungkinan delay penemuan vaksin dan sekarang kita pun memasuki masa pemeliharaan kilang,” kata Senior Market Analyst Oanda Corp. Edward Moya, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (9/9/2020).

Untuk jangka pendek, harga minyak diperkirakan masih menghadapi sejumlah tekanan. Morgan Stanley memperkirakan harga minyak Brent pada kuartal keempat tahun ini hanya mampu bertahan pada level US$40 per barel. Pasokan minyak yang diharapkan berkurang menjadi katalis positif.

Selanjutnya, Morgan Stanley memperkirakan harga minyak akan terus pulih pada semester II/2021 ke level US$50 per barel dengan harapan kenaikan inflasi dan pelemahan dolar AS.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menjelaskan pada pekan ini harga minyak cenderung bergerak fluktuatif. Pasalnya, pasokan minyak mentah di AS cenderung berkurang walau permintaan belum terlalu pulih.

“Kami melihat jumlah total hitungan rig di AS akan flat pekan ini dibandingkan pekan sebelumnya,” tulis Andy dalam riset mingguannya,

Adapun, Andy memperkirakan produksi minyak harian di AS akan lebih rendah pekan ini dari pekan lalu, yaitu menjadi 9,7 juta barel per hari dari sebelumnya 10,8 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper