Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Infrastruktur Mulai Kembali Berjalan, Harga Aluminium Terkerek

Saat ini beberapa proyek konstruksi sudah mulai kembali berjalan sehingga konsumen yang mulai berkurang cadangannya mulai kembali membeli aluminium.
/Bisnis.com
/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga aluminium berhasil mengekor harga logam dasar lainnya untuk bergerak menguat seiring dengan beberapa proyek infrastruktur di beberapa negara mulai kembali berjalan setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (7/9/2020) harga aluminium di bursa London berada di level US$1.797,5 per ton, menguat 0,62 persen atau 11 poin. Pada pertengahan perdagangan, harga sempat menyentuh level US$1.809 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga bergerak melemah 0,69 persen.

Sementara itu, harga logam dasar lainnya, tembaga berhasil naik 1,18 persen atau 79 poin ke level US$6.789 per ton, seng naik 1,07 persen ke level US$2.509,5 per ton, dan timah naik 0,44 persen ke level US$18.330 per ton.

Analis BMO Timothy Wood-Dow mengatakan bahwa tidak hanya China, saat ini beberapa proyek konstruksi sudah mulai kembali berjalan sehingga konsumen yang mulai berkurang cadangannya mulai kembali membeli aluminium.

Permintaan di Eropa secara perlahan memberikan sinyal pemulihan dan beberapa negara lain juga demikian sehingga meningkatkan prospek peningkatan ekspor dari produsen utama aluminium, China.

“Negara-negara Barat tampaknya akan membeli dari China dan akan mengenakan harga premium dan itu akan menarik harga patokan aluminium di pasar bergerak lebih tinggi,” ujar Wood-Dow seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (8/9/2020).

Adapun, ekspor China naik untuk bulan ketiga berturut-turut pada Agustus karena lebih banyak mitra dagang Negeri Panda itu telah melonggarkan kebijakan lockdown akibat pandemi Covid-19 dan mendorong lebih lanjut untuk pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Data tersebut meningkatkan sentimen secara keseluruhan di pasar logam industri, termasuk aluminium.

Di sisi lain, China yang juga merupakan konsumen utama logam dasar dunia juga tengah menggenjot pertumbuhan ekonominya melalui pengaktifan kembali proyek-proyek infrastruktur.

Mengutip Bloomberg, beberapa pemerintah daerah di China kembali mengajukan pinjaman untuk dibelanjakan pada proyek infrastruktur pada tahun ini agar dapat menyeret ekonominya keluar dari kemerosotan yang disebabkan oleh Covid-19.

Penggenjotan pertumbuhan ekonomi melalui proyek infrastruktur adalah salah satu langkah favorit China saat menghadapi krisis keuangan. Seperti tahun lalu, saat ekonominya diterpa isu perang dagang, China telah menghabiskan banyak uang di proyek jalan raya, bandara, dan kereta api.

Inisiatif yang dilakukan itu berhasil membantu logam-logam dasar termasuk aluminium berhasil keluar dari jeratan zona merah dan mengincar tren pergerakan bullish. Apalagi dolar AS saat ini tengah mengalami tren pelemahan yang juga menjadi katalis positif bagi logam dasar.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama saat ini bergerak di kisaran level 93,285.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper