Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimisme Data Ekspor Malaysia Tidak Mampu Angkat Harga CPO

Ekspor Malaysia untuk periode lima hari pertama September diprediksi naik 33 persen dari periode yang sama bulan lalu menjadi 254.995 ton.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka tidak berhasil terapresiasi kendati mendapatkan katalis positif dari optimisme pengiriman ekspor minyak dari Malaysia pada pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (7/9/2020) harga CPO untuk kontrak November 2020 di bursa Malaysia terkoreksi 1,16 persen ke level 2.802 ringgit per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga melemah 4,64 persen.

Padahal, mengutip data Intertek Testing Services, ekspor Malaysia, produsen CPO terbesar kedua di dunia,  untuk periode lima hari pertama September diprediksi naik 33 persen dari periode yang sama bulan lalu menjadi 254.995 ton.

Founder Palm Oil Analytics Sathia Varqha mengatakan bahwa pasar seharusnya didukung oleh data ekspor Malaysia yang kemungkinan positif, tetapi pasar juga tampaknya diperdagangkan dengan hati-hati.

“Meski terlalu dini untuk memprediksi permintaan ekspor untuk September, ini seharusnya jadi awal yang baik,” ujar Varqha seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (7/9/2020).

Di sisi lain, Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi minyak sawit mentah periode Agustus naik sekitar 3,8 persen dari bulan sebelumnya menjadi 1,87 juta ton.

Pertumbuhan produksi itu lebih besar dibandingkan dengan kenaikan 1,7 persen yang diperkirakan dalam survei Bloomberg.

Adapun, output di Sarawak, Malaysia kemungkinan naik hampir 10 persen dari Juli, dan masing-masing naik 4,6 persen dan 2,4 persen di Sabah dan Semenanjung Malaysia.

Sementara itu, menurut konsensus Bloomberg, produksi minyak sawit Indonesia juga diperkirakan turun 21 persen secara tahunan menjadi 3,7 juta ton pada Agustus. Namun, angka itu naik 4,5 persen dari 3,54 juta ton terhadap produksi Juli.

Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun mengatakan bahwa penutupan restoran dan hotel selama Covid-19  telah mengurangi permintaan minyak nabati. Penurunan terutama terjadi pada konsumen terbesar dunia, India.

Namun, dia melihat permintaan dapat meningkat jika krisis ekonomi India memaksa orang untuk menggunakan minyak sawit yang lebih murah, alih-alih menggunakan minyak rapeseed atau bunga matahari sebagai minyak nabati lainnya.

Untuk produksi, dia menjelaskan curah hujan pada September tahun ini tidak akan sebaik biasanya sehingga kemungkinan akan membatasi pertumbuhan pasokan.

Padahal, output September biasanya menyumbang sekitar 10 persen dari produksi tahunan negara dalam beberapa tahun terakhir karena curah hujan di bulan itu cukup baik sehingga membantu tingkat produksi.

“Produksi bulan ini hanya akan mencapai 4 juta ton karena produksi Sumatera bagian utara baru mulai naik pada Agustus, sedangkan produksi dari Kalimantan tidak akan naik sebanyak yang diharapkan,” ujar Derom.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper