Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepanjang September, Harga Emas Diramal Bergerak Volatil

TRFX Garuda Berjangka melihat volatilitas harga emas yang terjadi saat ini merupakan volatilitas dengan tren menurun. Pasalnya, optimisme pelaku pasar akan pemulihan ekonomi dinilai terus menguat.
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA— Volatilitas harga emas diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan penantian akan kelanjutan paket stimulus Amerika Serikat dan potensi penguatan dolar.

Berdasarkan data Bloomberg, sepekan terakhir harga emas spot terpantau naik turun, yang mana emas sempat turun hingga menyentuh level US$1.931 per troy ounce meski kemudian kembali naik tipis ke US$1.932 per troy ounce jelang akhir pekan.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan volatilitas harga emas yang terjadi saat ini merupakan volatilitas dengan tren menurun. Pasalnya, optimisme pelaku pasar akan pemulihan ekonomi dinilai terus menguat.

“Perbaikan ekonomi setelah tertekan pandemi sudah keliatan. Dilihat data manufaktur, kinerja. Lalu ini ramai negara yang udah klaim ketemu vaksin. Ini membuat emas jadi tertekan,” tutur Ibrahim kepada Bisnis, Minggu (6/9/2020)

Mengutip Bloomberg, ukuran aktivitas pabrik atau Purchasing Manager's Index (PMI) meningkat menjadi 56 pada Agustus 2020 dari 54,2 pada Juli 2020, menurut data Institute for Supply Management, Selasa (1/9/2020).

Realisasi tersebut melampaui hampir setiap perkiraan dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom dan proyeksi median 54,8. Di sisi lain, Purchasing Managers Group’s atau indeks pembelian, yang melonjak lebih dari 6 poin, mencapai titik tertinggi sejak awal tahun 2004.

Ibrahim memproyeksikan harga emas masih akan sangat volatil sepanjang September ini. Adapun salah satu faktor utamanya adalah keputusan senat AS terhadap rencana paket stimulus jumbo yang hingga kini masih tertunda.

Dia menyebut saat ini pasar tengah menantikan apakah pada pertemuan pekan ini senat akhirnya akan menyetujui pemberian stimulus sebesar US$400 per minggu bagi para pengangguran di AS atau malah sebaliknya.

Menurutnya, jika senat meloloskan rencana tersebut maka harga emas akan mampu terdongkrak hingga menembus level US$2.000 per troy ounce. Namun jika sebaliknya, emas diprediksi bisa amblas ke level di bawah US$1.900.

“Pertemuan ini kemungkinan akhir pekan depan. Semalam saja emas sempat menyentuh US$1.919, jadi kembali ke US$1.800an itu bukannya tidak mungkin,” imbuh Ibrahim.

Di sisi lain, penguatan dolar AS juga dinilai bakal menjadi pemberat bagi harga emas untuk kembali merangkak naik. Ibrahim memproyeksikan dolar akan menunjukkan tren naik seiring membaiknya data tenaga kerja AS.

Seperti diketahui, Departemen Tenaga Kerja AS merilis data sepanjang bulan Agustus tenaga kerja di AS meningkat menjadi 1,37 juta tenaga kerja. Sementara tingkat pengangguran turun dari 10,2 persen menjadi 8,4 persen. Begitupun rata-rata upah per jam naik 0,4 persen.

“Meski sempat terkoreksi, masih ada kemungkinan sangat besar indeks dolar ini akan menguat ke level 93an. Jadi ini akan menekan emas juga,” kata Ibrahim.

Senada, Chief Market Analyst Ava Trade Naeem Aslam menilai pemulihan dolar di tengah membaiknya data-data perekonomian AS mengurangi permintaan emas batangan sebagai aset alternatif.

Padahal, sebelumnya emas melonjak karena greenback turun ke level terendah dalam lebih dari dua tahun. Sejalan dengan sikap longgar The Federal Reserve terhadap inflasi yang menandakan suku bunga akan tetap lebih rendah untuk waktu yang lebih lama.

“Laporan manufaktur mengonfirmasi bahwa pemulihan ekonomi AS nyata dan karenanya kami mengalami kenaikan dalam indeks greenback. Dolar yang perkasa telah kembali.," katanya seperti dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, Manajer Portofolio Dymanic Fund Robert Cohen menyatakan penguatan emas masih akan terjadi hingga akhir tahun ini, apalagi mengingat emas merupakan “taruhan yang bagus dan aman” jelang pemilihan AS pada November mendatang.

“Sentimen bullish emas akan tetap ada karena beberapa peristiwa 'sangat berdampak' di seluruh dunia, termasuk devaluasi mata uang,” ujar Cohen.

Menurutnya, mengingat jumlah utang yang ada di dunia maka satu-satunya cara yang dapat diterima secara politik untuk keluar dari utang adalah dengan mencetak uang, yang artinya akan mendevaluasi mata uang.

“Kita akan melihat itu masih akan terjadi dan dalam skenario seperti itu, menempatkan uang di aset safe-haven seperti emas memastikan daya beli yang stabil untuk jangka panjang,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper