Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

6 Bulan Corona di Indonesia, Pasar Obligasi Menolak Tertekan, Yield Mulai Jinak

Skema burden sharing antara Kementerian Keuangan RI dan Bank Indonesia menjadi salah satu penahan pergerakan yield Surat Berharga Negara (SBN) menuju level tertinggi selama enam bulan pandemi.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA - Tepat enam bulan Indonesia menghadapi pandemi virus coroan (Covid-19) sejak kasus pertama diumumkan 1 Maret 2020 lalu. Perekonomian terhuyung dan memberikan dampak luas ke berbagai sektor, termasuk pasar keuangan.

Per 1 September 2020, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 177.571 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 128.057  orang dinyatakan sembuh dan 7.505 meninggal dunia.

Salah satu dampak pandemi yang begitu nyata antara lain penurunan tajam pada produk domestik bruto. Di kuartal I/2020 PDB masih tumbuh 2,97 persen. Adapun di kaurtal II/2020 kontraksi -5,32 persen. Bayang-bayang resesi, kontraksi dua kuartal II/2020 berturut-turut mulai menjadi hantu.

Selama enam bulan pandemi di Indonesia berlangsung, kinerja surat utang negara tertekan dengan yield hampir mencapai 9 persen pada Maret 2020. Namun, perlahan, yield mulai kalem.

Sebagaimana diketahui, yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Semakin rendah yield, harganya semakin tinggi yang menandakan banyaknya permintaan. Begitu juga sebaliknya.

Skema burden sharing antara Kementerian Keuangan RI dan Bank Indonesia menjadi salah satu penahan pergerakan yield Surat Berharga Negara (SBN) menuju level tertinggi selama enam bulan pandemi.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (2/9/2020), yield Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun terpantau stabil pada kisaran 6,8 persen.

Sebelumnya, yield obligasi pemerintah ini sempat menyentuh level tertingginya pada 8,37 persen pada 24 Maret 2020 ketika wabah Covid-19 masuk ke Indonesia. Adapun, yield sempat berada di titik terendah 6,54 persen pada 4 Maret 2020. 

Selama enam bulan pada periode 2 Maret — 2 September 2020, yield SUN 10 tahun turun 1,21 persen.

Adapun, pergerakan yield SUN 10 tahun terpantau berada di level tinggi pada akhir Maret hingga pertengahan Mei. Pada akhir Mei, yield mulai bergerak turun dan bergerak stabil di bawah level 7 persen sampai sekarang.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan DPR RI Komisi XI menyampaikan bahwa perkembangan pasar keuangan domestik cenderung mulai stabil yang tercermin oleh yield SUN 10 tahun.

“Kita mengalami puncak yield di 8,38 persen waktu terjadi kepanikan global di mana para pemodal keluar dari Indonesia lebih dari Rp140 triliun,” kata Menkeu Sri Mulyani, Rabu (2/9/2020).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 31 Agustus 2020, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan senilai Rp941,94 triliun.

Nilai tersebut turun Rp121,35 triliun dari posisi pada awal tahun senilai Rp1.063,29 triliun.

Namun demikian, kecuali pada Agustus, investor asing sudah mulai kembali ke pasar obligasi domestik dalam beberapa bulan terakhir.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menunjukkan perbaikan yield SUN 10 tahun juga didorong oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) antara BI dengan pemerintah seperti skema burden sharing.

“Ini menciptakan ketenangan di bonds market pemerintah. Sehingga, walaupun BI tidak selalu masuk, tapi market bisa mendapatkan bid yang cukup besar dan ini menyebabkan sekarang pasar SBN kita mengalami penurunan yield hingga 6,87 persen,” tutur Menkeu.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memperkirakan penguatan obligasi juga ditopang oleh tren penurunan suku bunga. Sejak awal tahun, BI telah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali, sehingga suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate kini tercatat 4 persen.

“Kalau suku bunga turun 4 kali, tentu harga akan naik terus. Yield obligasi 10 tahun sebelum Februari itu 6,5 persenan, lalu Maret ada Covid-19 dan asing keluar banyak waktu itu yield sampai 8 persenan,” jelas Wawan kepada Bisnis.

Wawan memperkirakan yield SUN 10 tahun masih dapat turun menjelang akhir tahun ini. Apabila perekonomian pulih pada semester II/2020 ini, bukan tidak mungkin yield akan menuju level wajarnya 5,5 persen mengingat spread antara inflasi dan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper