Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepekan Naik 1,5 Persen, Harga Minyak Tertinggi dalam 5 Bulan

Harga emas naik karena para produsen mulai mengurangi produksi menjelang Badai Laura. Ternyata, fasilitas minyak tidak terdampak parah sehingga kemarin harga minyak turun. Kendati demikian, secara kumulatif, harga minyak naik 1,5 persen.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah naik 1,5 persen dalam sepekan dan mencapai level tertinggi dalam lima bulan yang dicapai tanpa gejolak berarti. Namun, harga minyak dibayangi koreksi karena produsen mulai menggenjot produksi setelah fasilitas minyak terhindar dari Badai Laura.

Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak Oktober 2020 ditutup  di level US$45,05 per barel di akhir pekan. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup di 42,97 dolar AS per barel.

Secara khusus, harga minyak WTI naik empat minggu beruntun. Harga naik karena  produsen minyak AS memangkas produksi menjelang Badai Laura, sebuah badai yang mendekati tingkat Badai Katrina pada 2005.

“Perdagangan minyak menguat di awal pekan karena mengantisipasi Badai Laura. Ternyata setelah badai datang, dampaknya terbatas pada produksi minyak di lepas pantai dan aktivitas penyulingan, ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates seperti dikutip dari Antara, Sabtu (29/8/2020).

Analis Eugen Weinberg dari Commerzbank mengatakan pasar minyak memiliki volatilitas rendah yang luar biasa panjang. Hal ini berbeda dengan pasar saham yang mana sejak menyentuh titik nadir di Maret 2020, Wall Street sudah naik 50 persen.

“Minyak jarang memiliki volatilitas yang begitu kecil untuk jangka waktu yang lama, terutama mengingat situasi dinamis di sisi permintaan dan penawaran,” kata Weinberg.

Sebagaimana diketahui, Badan Laura, sejak diturunkan menjadi depresi tropis, melanda Louisiana pada Kamis pagi (27/8/2020) dengan kecepatan angin 150 mil (240 km) per jam. 

Badai tersebut menewaskan sedikitnya enam orang, merusak bangunan dan merobohkan pohon-pohon. Listrik terputus ke ratusan ribu di Louisiana dan Texas, tetapi kilang-kilang terhindar dari banjir besar.

Penutupan produksi minyak mentah lepas pantai di Teluk Meksiko utara diatur AS tetap di 84,3 persen, atau 1,55 juta barel per hari (bph), kata pemerintah AS dalam sebuah laporan.

Shell mengatakan pihaknya mulai mengerahkan personel ke semua asetnya di Teluk Meksiko yang tidak terkena dampak badai, termasuk di Koridor Norphlet dan Mars.

Sementara sembilan kilang telah menutup kapasitas sekitar 2,9 juta barel per hari, atau 15 persen dari kapasitas pemrosesan AS, menjelang badai.

Valero Energy Corp memulai kembali penyulingannya 335.000 barel per hari di Port Arthur, Texas, pada Jumat (28/8), sementara Exxon Mobil sedang mempersiapkan untuk memulai kembali kilang Beaumont, Texas, berkapasitas 370.000 barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper