Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Ditutup Variatif, Indeks Saham China dan Hong Kong Terkoreksi

Bursa saham di Jepang, Australia, dan Korea Selatan mengalami kenaikan. Sementara itu, bursa saham di Hong Kong dan China terkoreksi.
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg
Seorang pejalan kaki berjalan melewati papan ticker elektronik yang menampilkan angka harga saham di luar kompleks Exchange Square di Hong Kong./ Justin Chin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia ditutup variatif ditengah pergerakan bursa Amerika Serikat yang mencetak rekor kenaikan tertinggi seiring dengan kabar positif dari pengembangan vaksin virus corona.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (25/8/2020),indeks Topix Jepang ditutup dengan kenaikan 1,13 persen di posisi 1.625,23. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan parkir di posisi 2.366,73 setelah menguat 1,58 persen.

Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia juga bergerak positif sebesar 0,52 persen dan ditutup di 6.161,4. Adapun, indeks Hang Seng Hong Kong terpantau menurun 0,22 persen di posisi 25.494,15 dan indeks Shanghai Composite terkoreksi 0,36 persen di level 3.373,57.

Kenaikan ini ditopang oleh perkembangan positif terkait pengembangan vaksin untuk virus corona. Moderna Inc melaporkan telah mendekati kesepakatan dengan Uni Eropa untuk membuat 80 juta dosis vaksin virus corona. 

Kabar tersebut datang setelah Presiden AS, Donald Trump menyatakan perawatan pasien dengan menggunakan plasma darah dari penderita virus yang sudah sembuh akan dikembangkan lebih lanjut. Sementara itu, Florida melaporkan perlambatan laju penambahan kasus positif virus corona.

Negara bagian Arizona juga mencatat kabar positif dengan ketiadaan pasien yang meninggal selama dua minggu berturut-turut.

"Perkembangan vaksin virus corona mendorong kenaikan selera pasar terhadap risiko-risiko. Meski demikian, luasnya pasar bukan menjadi faktor utama bursa AS mampu mencatatkan rekor kenaikan tertinggi," jelas Senior Market Analyst di OANDA, Edward Moya.

Sementara itu, pelaku pasar juga menanti pidato dari Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, terkait kerangka kebijakan moneter yang akan berfokus pada strategi pengendalian inflasi terbaru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper