Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Akibat Stimulus Pandemi Tekan Obligasi Global, Indonesia Paling Kuat

Obligasi Afrika Selatan dan Indonesia berada di posisi yang baik untuk menghadapi inflasi akibat rekor stimulus dari bank sentral untuk menangkal pandemi virus corona
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar obligasi di Indonesia dan Afrika Selatan diperkirakan menjadi yang paling kuat menghadapi tantangan kenaikan inflasi.

Di sisi lain, pertumbuhan inflasi baru-baru ini di Amerika Serikat bisa menjadi sinyal buruk bagi investor di pasar obligasi India, Rusia, dan Meksiko.

Berdasarkan riset Bloomberg terhadap 10 negara berkembang (emerging market), aset pendapatan tetap di India, Rusia, dan Meksiko menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan inflasi karena real yield ketiga negara tersebut merupakan yang terendah dibandingkan rata-rata tiga tahunnya.

Hal ini membuat India, Rusia, dan Meksiko memiliki marjin paling kecil ketika kejutan kenaikan harga terjadi, sehingga obligasi menjadi kurang menarik karena yield naik.

“Di sisi lain, obligasi Afrika Selatan dan Indonesia berada di posisi yang baik untuk menghadapi inflasi akibat rekor stimulus dari bank sentral untuk menangkal pandemi virus corona,” tulis laporan Bloomberg dikutip Senin (24/8/2020).

Kenaikan inflasi bisa menjadi berita negatif bagi emerging market karena dapat menekan real yield yang mengimbangi risiko investasi di aset berisiko.

Peningkatan harga juga akan membuat bank sentral sukar memangkas suku bunga, yang kemudian bisa mempersulit proses pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Head of Emerging Markets Fixed Income BNP Paribas Asset Management Jean-Charles Sambor menjelaskan apabila bank sentral bergeser ke kebijakan dovish, nantinya malah dapat menyebabkan aksi jual di obligasi pemerintah tenor pendek dan menengah.

“Reli sudah di belakang kita, menurut pendapat kami,” kata Sambor di London.

Gambaran yang lebih umum bagi pasar obligasi di emerging market saat ini masih belum terlihat. Pergerakan indeks harga konsumen di negara berkembang secara keseluruhan turun menjadi 3,01 persen selama tiga bulan sejak Juni dari rata-rata 10 tahun sebesar 4,75 persen.

Chief Emerging Markets Credit Strategist Bloomberg Intelligence Damian Sassower mengatakan tren tekanan kenaikan harga biasanya dimulai dari negara maju dan terus berlangsung di negara berkembang.

“Ekspektasi kebijakan bagi bank sentral emerging market adalah mengetatkan suku bunga tahun depan, karena tekanan inflasi mulai masuk,” ujar Sassower di New York.

Senior Money Manager Goldman Sachs Asset Management Angus Bell menambahkan investor di seluruh dunia mulai bertanya hingga sejauh mana stimulus akan diberikan untuk mendongkrak inflasi.

“Kami mencermati inflasi dengan seksama,” kata Bell di London.

Pada periode tahun berjalan, kenaikan inflasi terjadi di India ketika indeks harga konsumen (CPI) melebihi batas toleransi bank sentral pada level 6 persen setiap bulannya. Hanya pada Maret inflasi India terkendali karena faktor pemangkasan suku bunga dari bank sentral.

Inflasi tersebut pun menekan yield obligasi Pemerintah India bertenor 10 tahun ke level -0,68 persen, hampir 2 standar deviasi di bawah rata-rata tiga tahun.

Selain India, Rusia juga mengalami peningkatan inflasi yang melesat ke level tertinggi dalam delapan bulan menjadi 3,4 persen pada Juli. Kenaikan harga ini menekan real yield menjadi 2,78 persen.

Di Meksiko, lonjakan harga bahan bakar dan energi membuat inflasi melambung ke level tertinggi dalam setahun menjadi 3,62 persen. Hal ini cukup membuat bank sentral dilema untuk memangkas suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper