Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Punya Kocek Tebal Berkat Divestasi Bank Permata, Begini Rencana Astra International (ASII)

Total penjualan saham Astra International Tbk. (ASII) di Bank Permata mencapai Rp16,83 triliun. Perseroan berniat menggunakan dana tersebut untuk memperkuat neraca perdagangan.
Menara Astra. Gedung perkantoran ini menjadi lokasi kantor pusat PT Astra International Tbk./astra.co.id
Menara Astra. Gedung perkantoran ini menjadi lokasi kantor pusat PT Astra International Tbk./astra.co.id

Bisnis.com,JAKARTA— PT Astra International Tbk. memprioritaskan dana yang diperoleh dari penjualan saham perseroan di PT Bank Permata Tbk. untuk memperkuat neraca keuangan.

Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro mengungkapkan belum memiliki satu bentuk rencana akuisisi atau investasi yang dapat disampaikan. Menurutnya, prioritas emiten berkode saham ASII itu yakni memperkuat neraca keuangan.

Proceed dari penjualan Bank Permata diprioritaskan untuk memperkuat neraca keuangan,” ujarnya dalam paparan publik daring, Senin (24/8/2020).

ASII melaporkan telah menandatangani Akta Pengambilalihan yang memuat penyelesaian transaksi atau closing saham perseroan di Bank Permata (BNLI) kepada Bangkok Bank pada, Rabu (20/5/2020). Penandatanganan Akta itu turut dilakukan juga oleh Standard Chartered Bank (SCB).

ASII tercatat memegang kepemilikan 12,49 miliar lembar saham atau 44,56 persen di BNLI per 30 April 2020. Sementara itu, SCB juga mengempit porsi yang sama sebanyak 12,49 miliar atau setara dengan 44,56 persen.

Adapun, total harga penjualan seluruh saham milik ASII di Bank Permata senilai Rp16,83 triliun atau setara dengan Rp1.346,97 per lembar. Dengan demikian, perseroan tidak lagi memiliki saham di BNLI.

Djony mengatakan dana dari hasil divestasi kepemilikan di Bank Permata telah membuat kondisi neraca keuangan perseroan sangat kuat. Perseroan menurutnya memiliki cukup amunisi untuk masuk atau mengambil peluang baru dengan prospek yang baik.

Dari sisi finansial, dia menegaskan perseroan selalu melihat kembali rencana belanja modal atau capital expenditure (capex). Pasalnya, keberadaan cash menurutnya sangat penting.

“Paling penting kami harus melakukan pengamanan dari sisi cash, dari sisi capex, kami tinjau mana yang penting, mana yang tidak penting, mana yang urgen, mana yang tidak urgen,” paparnya.

Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, ASII awalnya mengalokasikan belanja modal Rp20 triliun—Rp21 triliun secara konsolidasi pada 2020. Namun, jumlah itu dipangkas seiring dengan dampak dari pandemi Covid-19.

Head of IR Astra International Tira Ardianti menyatakan mengerem belanja modal pada tahun ini merupakan upaya untuk menjaga likuiditas di tengah pandemi. Pemangkasan capex menjadi upaya mengelola biaya dan menjaga kas. 

“Berkurangnya [belanja modal] bisa separuh dari yang disampaikan di awal tahun, perkiraan kami akan sekitar Rp10 triliun—Rp11 triliun,” jelasnya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper