Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hanya Dua Hari Perdagangan, Bagaimana Gerak IHSG Pekan Ini?

Asumsi ekonomi yang disampaikan sudah di-price in atau sesuai harapan pasar. Terlihat harapan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 dari asumsi data makro dalam pidato Presiden.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Setelah ditutup pada zona hijau pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan melemah pada perdagangan pekan ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup pada level 5.247,69, naik 8,44 poin atau 0,16 persen pada Jumat (14/8/2020).

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan IHSG berpeluang melemah pada perdagangan pendek pekan ini dengan support di level 5.178 sampai 5.119 dan resistance di level 5.218 sampai 5.300.

Pekan ini IHSG hanya akan dibuka pada hari Selasa dan Rabu (18-19 Agustus 2020). Seperti diketahui, BEI menetapkan hari libur bursa pada 17, 20, dan 21 Agustus 2020.

Menurutnya, pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Paripurna DPR/MPR pada Jumat (14/8/2020), tidak terlalu direspon pasar. Tampaknya, asumsi ekonomi yang disampaikan sudah di-price in atau sesuai harapan pasar. Terlihat harapan pemulihan ekonomi pada tahun 2021 dari asumsi data makro dalam pidato Presiden.

Dari pasar global, terjadi kebuntuan pembahasan stimulus fiskal di Kongres Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan. Masih banyak perbedaan antara partai Republik dan Demokrat dan menjadi lebih sulit karena mendekati pemilu AS.

Pelaku pasar mencermati pertemuan pejabat senior dari China dan Amerika Serikat melalui konferensi video untuk meninjau kesepakatan perdagangan fase satu yang ditandatangani kedua negara pada bulan Januari. Hal ini terjadi di tengah hubungan diplomatik yang memburuk antara kedua negara. Perkembangan pembahasan akan menjadi sentimen yang menggerakan pasar.

Adapun, bertumbuhnya data infeksi Covid-19 di dunia dan beberapa negara membuat pasar cukup berhati-hati. Saat ini, terdapat 21 juta lebih kasus yang menewaskan 770 ribu orang. Amerika Serikat sendiri sudah mencatat 5,5 juta kasus yang menewaskan 172 ribu orang.

Negara-negara Eropa juga mulai khawatir akan gelombang kedua covid 19. Mulai ada kasus baru di beberapa Negara mendorong kekhawatiran langkah lockdown terbatas akan mengganggu pemulihan ekonomi kawasan.

Langkah Inggris menambah lebih banyak negara dalam daftar karantina menjadi sentimen negatif bagi pasar. Hal ini mungkin mendorong langkah yang sama dilakukan negara-negara lain untuk menghalangi penyebaran pandemi Covid-19 dan membalas serta memberikan perlakukan yang sama sehingga mendorong kemunduran perekonomian.

Di sisi lain, data ekonomi yang keluar cukup variatif tetapi masih jauh di bawah capaian pada periode sebelum pandemi. Data penjualan ritel China yang lebih buruk dari harapan memberikan indikasi momentum perbaikan ekonomi negara tersebut melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper