Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MDKA Kerek Produksi Emas, Analis Turut Kerek Target Sahamnya

Sepanjang tahun berjalan saham MDKA sudah menguat 78,79 persen seiring dengan peningkatan harga emas.
Kondisi hutan Tumpang Pitu Banyuwangi yang menjadi area konsensi tambang emas oleh PT Bumi Suksesindo yang merupakan anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). JIBI/Bisnis-Peni Widarti
Kondisi hutan Tumpang Pitu Banyuwangi yang menjadi area konsensi tambang emas oleh PT Bumi Suksesindo yang merupakan anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). JIBI/Bisnis-Peni Widarti

Bisnis.com, JAKARTA - Satu sekuritas menaikkan target harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) seiring dengan mengilapnya harga emas.

Pada penutupan perdagangan Selasa (11/8/2020), saham MDKA turun 3,28 persen atau 65 poin menjadi Rp1.915, setelah bergerak di rentang Rp1.875 - Rp1.970.

Namun demikian, sepanjang tahun berjalan saham MDKA sudah menguat 78,79 persen. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp41,93 triliun.

Tim Analis RHB Sekuritas menilai kinerja MDKA akan semakin moncer pada tahun ini seiring dengan kenaikan harga emas. Setiap kenaikan satu persen harga emas akan menaikkan pendapatan perseroan setidaknya 2,1 persen.

Dengan menggabungkan kenaikan produksi dan harga emas yang lebih tinggi pada semester II/2020, RHB Sekuritas juga meningkatkan estimasi harga jual emas MDKA pada tahun ini sekitar US$1.700 per troy ounce yang akan mendukung margin perseroan pada tahun.

“Oleh karena itu, kami menaikkan target harga MDKA menjadi Rp2.500 dari sebelumnya Rp2.050,” tulis RHB Sekuritas seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (11/8/2020).

Di sisi lain, mengutip laporan kuartalan PT Merdeka Copper Gold Tbk., perseroan berencana untuk menaikkan panduan produksi menjadi sebesar 175.000 hingga 195.000 ounces seiring dengan kenaikan harga emas.

Sebelumnya perseroan menargetkan produksi sebesar 165.000 hingga 185.000 ounces pada tahun ini.

Adapun, sepanjang semester I/2020 emiten berkode saham MDKA itu telah memproduksi emas sebesar 108.823 ounce, dengan biaya pendukung atau all-in sustaining cost (AISC) sebesar US$648 per ounces dan biaya produksi sebesar US$408 per ounces.

Capaian total produksi itu naik 2 persen dibandingkan dengan 110.545 ounces pada semester I/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper