Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seberapa Tangguh IHSG di Asean?

Indeks Harga Saham Gabungan berada pada posisi terendah pada 24 Maret di level 3.937.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  yang ditutup 5.143 pada Jumat (7/8/2020) menjadi salah satu yang paling perkasa di kawasan Asia Tengga jika diukur dengan kinerja titik terendah pada 24 Maret 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG telah tumbuh 30,11 persen sejak titik terendah pada 24 Maret di level 3.937. IHSG kini stabil tertancap di level 5.100 setelah lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dicabut oleh pemerintah pusat.

Dari titik terendah pada 5 bulan lalu, IHSG berada di urutan kedua dalam pemulihan bursa regional kawasan Asia Tenggara. Adapun pada posisi pertama adalah Malaysia dengan pertumbuhan 128 persen dalam periode yang sama.

Meski demikian, kinerja IHSG lebih baik dibandingkan dengan bursa lainnya seperti Singapura, Thailand, dan Filipina.

Sejak 24 Maret, bursa saham Singapura hanya tumbuh 0,12 persen ke posisi 8.600. Sementara bursa saham Filipina 6,46 persen ke 159,80, dan bursa saham Thailand 28,38 persen.

Dalam periode longsornya IHSG tercatat dana milik investor asing meninggalkan pasar modal sebesar Rp15 triliun. Adapun pada perdagangan pekan ke-13 pada 27 Maret, kapitalisasi pasar saham IHSG menyusut hingga 5.259 triliun. Selain itu, investor asing juga tercatat melakukan penjualan hingga 7,3 triliun.

Pada perdagangan pekan ke-32 pada 7 Agustus, kapitalisasi pasar naik menjadi 5.962 triliun dengan pembelian investor asing mencapai Rp8,04 triliun.

Adapun yang menjadi penopang pertumbuhan diantaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar 41,69 persen, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) 41,93 persen, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) 17,25 persen.

Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai selama tahun berjalan IHSG hanya lebih tinggi dibandingkan dengan bursa Singapura dan Filipina. Oleh sebab itu, menurutnya, indeks domestik masih dapat digenjot lebih tinggi.

“IHSG hanya lebih baik dibandingkan Singapura dan Filipina selama tahun berjalan. Jadi bisa dikatakan IHSG masih kurang baik dibandingkan dengan pasar lainnya,” kata Suria kepada Bisnis belum lama ini.

Dia berharap pemerintah dapat menaikkan kosumsi domestik sehingga berimbas kepada pasar modal. Salah satu caranya dengan merealisasikan insentif sebesar Rp600.000 selama 4 bulan kepada 13,8 juta orang yang Non-PNS dan Non-BUMN.

Dengan begitu, dia memproyeksikan IHSG dapat menembus 5.500 atau tumbuh 39,70 persen dibandingkan dengan 24 Maret 2020.

Sementara itu, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan investor tengah menanti terobosan tajam dari regulator. Misalnya penurunan sukubunga, perbaikan ekonomi di kuartal III/2020 dan berakhirnya PSBB sehingga aktivitas bisnis dapat berjalan.

“Posisi indonesia sebenarnya cukup  menarik dari sisi imbal hasil SUN dan potensi pertumbuhan dibandingkan negara tetangga. Namun ketiga hal itu yang saat ini menjadi katalis utama [investor],” katanya.

Wawan mengatakan realisasi Gross Domestic Product (GDP) pada kuartal III/2020 akan menjadi cerminan dari kondisi ekonomi saat PSBB dilonggarkan. Sementara ini, lanjutnya, IHSG masih berkemungkinan naik ke level 5.400 sampai 5.500.

Selain itu, Wawan juga menilai program-program yang dikembangkan oleh regulator sudah baik. Namun dia berharap keterbukaan informasi bagi investor semakin dikedepankan.

“Terobosan teknologi dan penyederhanaan prosedur membuka ruang bagi perkembangan pasar modal, tetapi keterbukaan informasi bagi investor juga harus dikedepankan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper