Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Diproyeksi Bergerak Konsolidasi Melemah, Ini Penyebabnya

Perkembangan pandemi Covid-19 masih menjadi perhatian utama pelaku pasar selama belum ditemukan vaksin.
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melihat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/8/2020). Pada penutupan perdagangan awal pekan, IHSG ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan diproyeksi cenderung bergerak konsolidasi melemah di awal perdagangan pekan depan, Senin (9/8/2020).

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan depan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah peningkatan kasus Covid-19.

Hans menilai perkembangan pandemi ini masih akan menjadi perhatian pelaku pasar selama belum ditemukan vaksin yang efektif.

“Kekhawatiran lebih ke potensi ganguan pemulihan ekonomi akibat pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus,” ujarnya, Minggu (9/8/2020)

Kemudian, memanasnya konflik antara China dan Amerika Serikat juga menjadi perhatian pelaku pasar. Pasar khawatir bila China melakukan pembalasan dengan memblok aplikasi dari AS seperti Apple atau Microsoft.

Hal ini sebagai balasan dari sikap Trump yang melarang setiap transaksi AS dengan raksasa teknologi dari China ByteDance yakni pembuat aplikasi TikTok dan Tencent yang merupakan pembuat aplikasi WeChat selama 45 hari.

Di saat yang sama, pelaku pasar menantikan kelanjutan paket stimulus AS untuk mengantisipasi pandemik covid 19. Hans menyebut bila kesepakatan dicapai akan menjadi amunisi baru untuk penguatan indeks.

“Bila tidak dan negosiasi lama, maka pasar akan merespon dengan negatif,” imbuhnya.

Sebagai sentimen positif, data lapangan kerja Amerika Serikat terlihat lebih baik dari perkiraan pelaku pasar. Ditambah laba korporasi AS yang juga di atas perkiraan konsensus yang telah menjadi pendorong kenaikan indeks dalam beberapa pekan terakhir.

Di sisi lain, data China secara umum mengkonfirmasi negara tersebut ekonominya sudah mulai pulih sesudah lockdown sebelumnya. Hal ini menjadi sentimen positif bagi harga ekuitas dan membantu kenaikan harga komoditas.

Sementara di dalam negeri, meski pertumbuhan ekonomi domestik memang tidak terlalu baik, tetapi Hans menilai pasar telah mengalihkan perhatian pada harapan pertumbuhan ke kuartal III/2020.

“Harapan perbaikan ekonomi di kuartal III didapat dari data yang menunjukan terjadi pertumbuhan penyaluran kredit dan penjualan kendaraan,” tambah Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper