Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Melacak Garis Merah antara SRIL, RUM dan Keluarga Lukminto

Tidak banyak yang tahu bahwa Sritex atau Sri Rejeki Isman memiliki banyak perusahaan afiliasi di dalamnya, salah satunya PT RUM.
Seorang karyawan tengah menjahit seragam militer di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. Divisi garmen merupakan salah satu pilar usaha perusahaan tekstil berbasis di Solo tersebut./sritex.co.id
Seorang karyawan tengah menjahit seragam militer di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. Divisi garmen merupakan salah satu pilar usaha perusahaan tekstil berbasis di Solo tersebut./sritex.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau yang dikenal publik sebagai Sritex mulai menggunakan serat rayon hasil produksi PT Rayon Utama Makmur (RUM) untuk menopang industri tekstil dan produk tekstilnya (TPT).

Nilai transaksi pembelian serat rayon keduanya setiap tahun terus meningkat. Padahal pengakuan manajemen PT RUM, perusahaan belum beroperasi optimal lantaran terganjal persoalan lingkungan (bau limbah hasil produksi).

Seperti diketahui, transaksi pembelian serat rayon antara PT Rayon Utama Makmur (RUM) dan PT Sri Rejeki Isman (SRIL) pada tahun 2019 mencapai US$10,08 juta atau naik hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2018 yang mencapai US$2,6 juta.

Nah, usut punya usut, meski merupakan entitas terpisah, baik SRIL maupun RUM terkait satu sama lain. Kedua perusahaan sama-sama dikendalikan keluarga konglomerat Lukminto.

Profil perusahaan yang terdaftar di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memperjelas relasi antara Sritex, RUM, dan keluarga Lukminto. Hampir semua jabatan-jabatan strategis di RUM diisi oleh orang-orang Sritex.

Posisi komisaris utama, misalnya, dijabat oleh Susyana Lukminto. Nama Susyana pada saat yang sama merupakan komisaris utama Sritex. Selain Susyana, ‘orang Sritex’ lainnya seperti Megawati, Iwan Kurniawan Lukminto, dan Iwan Setiawan Lukminto juga mengisi jabatan komisaris di perusahaan penghasil rayon tersebut.

“Iya ada saham dari keluarga Lukminto. Tetapi kalau soal kepengurusannya saya tidak tahu,” jelas Sekretaris PT RUM Bintoro Dibyoseputro kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

PT RUM dalam dokumen itu bergerak di bidang industri pembuatan serat buatan dan serat stapel buatan. Total modal dasar senilai Rp2,75 triliun, dengan modal yang telah ditempatkan sebanyak Rp688,7 miliar.

Tak hanya jabatan komisaris, perusahaan yang memiliki saham PT RUM, juga diketahui terafiliasi dengan Sritex, khususnya keluarga Lukminto. PT Kapas Agung Abadi (KAA) menguasai 735.000 saham atau setara Rp674,9 miliar.

Perusahaan ini semula dikendalikan keluarga Lukminto & merupakan induk perusahaan PT Sinar Pantja Djaja (SPD), sebuah perusahaan pemintalan yang diakuisisi Sritex pada 2013.

Menariknya, laporan keuangan Sritex membeberkan proses akuisisi SPD juga tak bisa dilepaskan dari lingkaran keluarga Lukminto. Laporan ini menyebutkan bahwa pada November 2013, Sritex disebut mengambill alih PT SPD dari PT KAA dan Iwan Kurniawan Lukminto sebagai pemegang saham.

Total pengambilalihan saham ini masing-masing sebanyak 104,85 juta dan 11,53 juta lembar yang merepresentasikan 90,00 persen dan 9,90 persen. Harga pengalihan yang disepakati pada waktu itu senilai Rp6.213 per saham atau seluruhnya senilai Rp723,05 miliar.

Berbeda dengan PT Kapas Agung Abadi, Summit Rayon Companny Limited dan PT Jaya Perkasa Textile, dua perusahaan pemilik saham RUM yang masing-masing memiliki 13.500 lembar saham dan 1.500 saham, tak secara tegas berhubungan dengan SRIL. Hanya, dalam laporan keungan SRIL, baik Sritex, PT Jaya Perkasa Textile maupun PT RUM, dikendalikan keluarga Lukminto.

Di samping itu, laporan keuangan Sritex juga mempertegas, pembangunan PT RUM tak bisa dilepaskan dari Sritex dan keluarga Lukminto. Pendirian PT RUM dimaksudkan untuk memperkuat suplai bahan baku benang rayon di segmen pemintalan SRIL.

PT RUM ditargetkan memproduksi 80.000 ton serat rayon dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Secara umum keberadaan RUM, bagi Sritex akan memiliki dua manfaat.

Pertama, Rayon Utama Makmur (RUM) bisa mendukung kebutuhan bahan baku serat rayon. Apalagi saat itu, produsen serat rayon di Indonesia hanya ada dua yakni PT Indo Bharat Rayon dan PT South Pacific Viscose. Keberadaan RUM diharapkan memasok 60 persen kebutuhan produksi pemintalan Sritex.

Kedua, selain pasokan bahan baku yang stabil, pembangunan pabrik serat rayon (PT RUM), juga bisa memberi garansi kualitas serat rayon bagi produksi PT Sritex. Keberadaan PT RUM akan mengurangi perbedaan kualitas serat rayon untuk kebutuhan produksi, yang selama ini disuplai perusahaan yang berbeda-beda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper