Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Terapresiasi Pagi Ini, Rupiah Terperosok ke Zona Merah

Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 49 poin atau 0,34 persen ke level Rp14.599 per dolar AS pukul 10.49 WIB.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif pada perdagangan Kamis (6/8/2020). Setelah sempat dibuka menguat, kini rupiah berbalik terdepresiasi.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 49 poin atau 0,34 persen ke level Rp14.599 per dolar AS pukul 10.49 WIB.

Padahal, rupiah sempat dibuka di zona hijau dengan penguatan 73 poin atau 0,5 persen ke level Rp14.477 per dolar AS. Sehari sebelumnya, rupiah ditutup menguat 75 poin atau 0,51 persen ke level Rp14.550 per dolar AS.

Sepanjang hari ini, rupiah diperdagangkan dalam kisaran Rp14.465-Rp14.604 per dolar AS.

Di sisi lain, indeks dolar AS terpantau melemah 0,112  poin atau 0,12 persen ke level 92,756 pada pukul 10.49 WIB. Seperti diketahui, indeks dolar melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia.

Rupiah sebelumnya menguat setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 terkontraksi sebesar 5,32 persen (year on year/yoy).

Di sisi lain, dolar AS mendapatkan tekanan akibat pasat khawatir terhadap potensi gangguan pemulihan ekonomi AS seiring dengan penyebaran Covid-19 tak kunjung terkendali di Negeri Paman Sam itu.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar tidak begitu terkejut terhadap rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020 karena sebelumnya baik pemerintah, Bank Indonesia, maupun para pengamat sudah memberikan peringatan terhadap pertumbuhan yang terkontraksi itu.

“Selain itu, kontraksi pertumbuhan juga hampir terjadi di semua negara baik di AS, Eropa, maupun sebagian Asia, tetapi Indonesia menjadi salah satu yang paling rendah kontraksinya sehingga pasar kembali percaya diri dengan fundamental perekonomian dalam negeri, sehingga arus modal asing kembali membanjiri pasar dalam negeri,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (5/8/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper