Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Serbu Saham BBCA dan ASII, IHSG Naik 1 Persen

Pada penutupan perdagangan, IHSG berhasil parkir di level 5178,27 setelah menguat 51,22 poin atau 1 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat 1 persen pada perdagangan hari ini, Kamis (6/8/2020).

Pada penutupan perdagangan, IHSG berhasil parkir di level 5178,27 setelah menguat 51,22 poin atau 1 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 5.127,1 - 5.187,96.

Sebanyak 271 saham terpantau menguat, 158 saham melemah, dan 151 lainnya stagnan alias tak bergeming dari posisi pembukaan.Seluruh sektor menghijau, dipimpin aneka industri yang menguat 2,83 persen.

Kapitalisasi pasar mencapai Rp6.021,07 triliun dengan transaksi yang cukup tinggi, yakni Rp11,12 triliun. Investor asing net sell Rp9,54 miliar.

Dua saham yang paling diborong investor asing adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net buy Rp75,9 miliar dan PT Astra International Tbk. (ASII) Rp65,4 miliar. Masing-masing saham tersebut naik 0,89 persen ke Rp31.300 dan 3,47 persen ke Rp5.225.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan para pelaku pasar tampaknya tak terpengaruh oleh rilis data perekonomian Indonesia kemarin, yang mana PDB Indonesia tercatat -5,32 persen pada kuartal II/2020.

“Padahal data PDB itu lebih buruk dari perkiraan sebelumnya yaitu minus 4,6—4,7 persen, tapi sepertinya orang tak terpaku ke sana dan sudah mengalihkan perhatian mereka ke kuartal III,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/8/2020)

Hans menilai para pelaku pasar tengah berharap ekonomi bakal tumbuh di kuartal III/2020 sehingga tak terlalu memusingkan data di paruh pertama tahun ini. Apalagi hasil tersebut sudah diprediksi sebelumnya.

Selain itu, tambah Hans, pelaku pasar lebih fokus memerhatikan pasar Amerika Serikat yang terus menanjak dalam beberapa waktu terakhir. Ditambah oleh laba korporasi di AS yang menunjukkan hasil cukup cemerlang.

Pasar juga tengah berekspektasi bahwa dalam pekan ini parlemen AS bakal menyetujui paket stimulus ekonomi baru sehingga akan menguntungkan ekonomi negeri Paman Sam tersebut.

“Jadi ini akan memberi sentimen yang cukup bagus. DI dalam negeri pasar terpengaruh global, likuiditas pasar juga tinggi. Jadi dalam waktu dekat kemungkinan ikut terkerek,” tutur Hans.

Sementara itu, Bursa Asia kembali menutup perdagangan dengan hasil variatif ditengah kabar positif terkait pengembangan vaksin virus corona dan spekulasi pembahasan paket stimulus fiskal lanjutan di Amerika Serikat.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (6/8/2020), indeks Kospi Korea Selatan menjadi salah satu pasar yang mengalami kenaikan pada hari ini. Kospi ditutup menguat 1,33 persen di level 2.342,61.

Menyusul di belakangnya adalah indeks S&P/ASX200 Australia yang mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen dan ditutup di level 6.042,20. Indeks Shanghai Composite juga terpantau bergerak positif 0,26 persen ke posisi 3.386,46.

Sementara itu, bursa Topix Jepang ditutup di zona merah setelah mengalami pelemahan 0,31 persen di posisi 1.549,88. Hal serupa juga terjadi di Hong Kong dengan koreksi yang dialami indeks Hang Seng sebesar 1,05 persen di level 24.838,19.

Investor terus mendorong kenaikan pasar global seiring dengan munculnya tekanan kepada Partai Demokrat dan Republikan untuk segera menyelesaikan paket stimulus fiskal lanjutan Amerika Serikat. Hal ini kian dibutuhkan terutama setelah terjadinya perlambatan gaji pekerja di negara tersebut pada Juli 2020.

Meskipun pasar saham terus menanjak, kenaikan serupa yang terjadi pada aset safe haven seperti emas menandakan kekhawatiran pelaku pasar terhadap laju pemulihan ekonomi. Mereka pun juga memilih untuk berinvestasi pada komoditas tersebut.

“Pergerakan pasar saham saat ini didorong oleh ekspektasi terhadap munculnya paket stimulus fiskal baru dari AS. Laporan keuangan perusahaan pada kuartal II/2020 juga menjadi penopang pergerakan saham dan membantu menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap pandemi virus corona,” jelas Candice Bangsund, Portfolio Manager of Global Asset Allocation Fiera Capital Corp.

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan gaji pekerja di AS pada bulan Juli menandakan pemulihan ekonomi yang melambat karena kenaikan jumlah kasus virus corona.

“Kondisi perekonomian saat ini sedang terhenti, berbanding terbalik dengan pasar modal yang bergerak positif. Tren ini kemungkinan tidak akan berlangsung lebih lama lagi,” ujar CEO Solstein Capital, Nadine Terman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper