Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stimulus AS Dinanti, Bursa Asia Kembali Ditutup Variatif

Pergerakan pasar saham saat ini didorong oleh ekspektasi terhadap munculnya paket stimulus fiskal baru dari AS. Indeks saham di Korea, Australia, dan China mengalami kenaikan sedangkan bursa Jepang anjlok.
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia kembali menutup perdagangan dengan hasil variatif ditengah kabar positif terkait pengembangan vaksin virus corona dan spekulasi pembahasan paket stimulus fiskal lanjutan di Amerika Serikat.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (6/8/2020), indeks Kospi Korea Selatan menjadi salah satu pasar yang mengalami kenaikan pada hari ini. Kospi ditutup menguat 1,33 persen di level 2.342,61.

Menyusul di belakangnya adalah indeks S&P/ASX200 Australia yang mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen dan ditutup di level 6.042,20. Indeks Shanghai Composite juga terpantau bergerak positif 0,26 persen ke posisi 3.386,46.

Sementara itu, bursa Topix Jepang ditutup di zona merah setelah mengalami pelemahan 0,31 persen di posisi 1.549,88. Hal serupa juga terjadi di Hong Kong dengan koreksi yang dialami indeks Hang Seng sebesar 1,05 persen di level 24.838,19.

Investor terus mendorong kenaikan pasar global seiring dengan munculnya tekanan kepada Partai Demokrat dan Republikan untuk segera menyelesaikan paket stimulus fiskal lanjutan Amerika Serikat. Hal ini kian dibutuhkan terutama setelah terjadinya perlambatan gaji pekerja di negara tersebut pada Juli 2020.

Meskipun pasar saham terus menanjak, kenaikan serupa yang terjadi pada aset safe haven seperti emas menandakan kekhawatiran pelaku pasar terhadap laju pemulihan ekonomi. Mereka pun juga memilih untuk berinvestasi pada komoditas tersebut.

“Pergerakan pasar saham saat ini didorong oleh ekspektasi terhadap munculnya paket stimulus fiskal baru dari AS. Laporan keuangan perusahaan pada kuartal II/2020 juga menjadi penopang pergerakan saham dan membantu menekan kekhawatiran pelaku pasar terhadap pandemi virus corona,” jelas Candice Bangsund, Portfolio Manager of Global Asset Allocation Fiera Capital Corp.

Sementara itu, perlambatan pertumbuhan gaji pekerja di AS pada bulan Juli menandakan pemulihan ekonomi yang melambat karena kenaikan jumlah kasus virus corona.

“Kondisi perekonomian saat ini sedang terhenti, berbanding terbalik dengan pasar modal yang bergerak positif. Tren ini kemungkinan tidak akan berlangsung lebih lama lagi,” ujar CEO Solstein Capital, Nadine Terman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper