Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Belum Pulih, Rights Issue Tetap Bisa Dieksekusi Asal..

Penggalangan dana lewat rights issue akan berjalan mulus selama ada pembeli siaga atau standby buyer yang akan menyerap saham baru yang diterbitkan emiten.
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung melintas di depan papan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (24/6/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan analis menilai aksi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue masih dapat menjadi opsi bagi emiten untuk menambah dana segar menjelang akhir tahun.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Edwin Sebayang menyampaikan syarat utama untuk kesuksesan rights issue pada tahun ini terletak pada kehadiran standby buyer yang akan menyerap saham baru tersebut.

“Harusnya [rights issue] masih bisa apabila sudah ada standby buyer. Kalau sudah ada, ini bisa dilakukan kapan saja. Kalau mengandalkan market agak susah nanti terserapnya,” jelas Edwin kepada Bisnis, Rabu (5/8/2020).

Dia menunjukkan bahwa kondisi pasar saham yang masih menantang sejak pandemi Covid-19 melanda telah membuat sejumlah emiten urung mengeksekusi rencana rights issue.

Tidak sedikit emiten yang menunda aksi rights issue, misalnya emiten jasa pengurusan transportasi atau freight forwarding PT Dewata FreightInternational Tbk. Melalui keterbukaan informasi, emiten bersandi saham DEWA tersebut memutuskan untuk menunda rencana penambahan modal dengan HMETD yang telah disetujui pada 14 Juni 2019.

“Pembatalan ganti penundaan ini dikarenakan kondisi pasar modal dan harga saham perseroan pada akhir 2019 yang kurang baik serta dengan mempertimbangkan pandemi Covid-19 yang belum selesai,” tulis Direktur Utama Dewata Freightinternational Nofrisel.

Adapun, rights issue dari DEWA akan menunggu hingga kondisi harga saham perseroan membaik. Penundaan penerbitan rights tersebut pun berdampak terhadap rencana kerja anggaran perseroan pada tahun ini. Walaupun demikian, DEWA menyampaikan komitmennya untuk tetap menjaga kinerja dan mencari sumber pendanaan alternatif.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat per 28 Juli 2020, total nilai Penawaran Umum Terbatas lewat rights issue sejak awal tahun turun 62,89 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp9,52 triliun dari 8 penawaran.

Adapun, pada periode Januari—Juli 2019 nilai total PUT tercatat sebesar Rp25,66 triliun dari 12 penawaran. Edwin yang juga Kepala Riset MNC Sekuritas menilai penurunan nilai rights issue secara total tersebut wajar terjadi dengan kondisi pasar saham yang tertekan sejak awal tahun.

Namun demikian, dirinya tidak menampik bahwa rights issue tetap bisa menjadi pilihan emiten untuk menambah modal selain memanfaatkan pinjaman perbankan atau penerbitan obligasi.

“Sebetulnya kan tergantung kebutuhan apakah mau melakukan rights issue atau tidak. Dari sisi biaya memang [rights issue] jauh lebih murah dan risikonya lebih kecil ketimbang penerbitan obligasi,” tutur Edwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper