Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Satu Hari Jelang Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi, Rupiah Lagi-lagi Melemah

Rupiah sempat menguat setelah dibuka pada Rp14.565 per dolar AS. Namun, mata uang garuda mendapat tekanan dan melemah 43 poin dari posisi penutupan perdagangan kemarin.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah satu hari menjelang rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 43 poin atau 0,29 persen ke posisi 14.673 per dolar AS pada pukul 10.09 WIB. Pada perdagangan hari ini, Selasa (4/8/2020), rupiah dibuka di posisi Rp14.565 per dolar AS. Adapun, pada penutupan sehari sebelumnya, rupiah bertengger di posisi Rp14.630 per dolar AS atau melemah 30 poin.

Kinerja rupiah di awal perdagangan hari ini bertolak belakang dengan tren mata uang asia. Rupiah menjadi mata uang Asia yang melemah bersama peso Filipina, yen Jepang, dan rupe India.

Sementara itu, indeks dolar terpantau melemah 0,07 ppersen ke posisi 93,4750. Indeks ini mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi sebelumnya menjelaskan perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta hingga dua pekan ke depan akan berakibat terhadap fatal terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) Kuartal III/2020.

Ibrahim mengatakan terdapat kemungkinan penurunan bahkan kontraksi sehingga Indonesia bisa masuk dalam fase resesi. Untuk diketahui, esok Badan Pusat Statistik akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020.

Sejumlah ekonom memprediksi penurunan ekonomi pada kuartal II/2020 akan semakin dalam menyusul jebloknya seluruh komponen yang menjadi penopang produk domestik bruto. Secara konsensus, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi terkontraksi 4,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper