Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Anjlok 2,78 Persen, Hanya 54 Saham Menguat

Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 - 5.157,27.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas,  Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah hari ini.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 - 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000.

Sebanyak 401 saham terkoreksi, 54 saham menguat, dan 118 stagnan. Total nilai transaksi mencapai Rp10,49 triliun. Investor asing membukukan net sell senilai Rp1,45 triliun.

Sejumlah saham yang terpapar net sell asing paling besar ialah BBRI senilai Rp578 miliar, TLKM Rp265,6 miliar, dan ASII Rp141,3 miliar.

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengungkapkan tekanan pasar pada sesi pertama disebabkan perhatian mengenai potensi resesi di negara Asean termasuk Indonesia. Bursa mencatat sebanyak 79 saham terkena auto rejection bawah (ARB).

"[Penyebab tekanan pasar] concern mengenai potensi resesi di negara Asean termasuk Indonesia," ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).

Mengutip data World Economy Outlook dari IMF dan Bloomberg yang diolah Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 diperkirakan -3,1 persen. Adapun, negara tetangga seperti Singapuran dan Malaysia masing-masing kontraksi -6,8 persen dan -8 persen.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan bahwa investor sedang mengantisipasi rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020. Estimasi memperkirakan pertumbuhan negatif menjadi -4 persen secara year on year (yoy).

“Sehingga pelaku pasar melakukan aksi sell off pada pagi ini,” tuturnya.

Frankie mengatakan pelaku pasar seharusnya sudah memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan memburuk pada kuartal II/2020. Dengan demikian, pasar menurutnya tengah dalam fase pricing in.

“Dengan saat ini market di 4.950, seharusnya investor sudah boleh melakukan pembelian secara berkala dengan support kuat [IHSG] di area 4.800,” jelasnya.

Dia menambahkan realisasi kinerja emiten semester I/2020 juga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Iklim pasar yang sedang tidak baik akibat Covid-19 membuat penurunan laba perusahaan bukan sesuatu yang mengherankan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan data Purchasing Managers' Index PMI Indonesia yang diterbitkan pagi ini masih menunjukkan kontraksi, yakni di level 46,9 pada Juli 2020, dibandingkan 39,1 pada Juni 2020, dan 49,6 pada Juli 2019. Indikator kontraksi adalah di bawah level 50.

"Masih kontraksinya data PMI memicu penjualan bersih asing ekuitas Indonesia secara besar-besaran," tuturnya, Senin (3/8/2020).

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi selama Juli 2020 sebesar 0,10 persen month to month (mtm) dan inflasi tahunannya sebesar 1,54 persen year on year (yoy). Adapun, inflasi tahun kalender per Juli 2020 sebesar 0,98 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan deflasi ini masih jauh di bawah inflasi Juli 2019 sebesar 0,31 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper