Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Big Caps Dilepas Asing, IHSG Anjlok 1,2 Persen

Pagi ini, net sell investor asing sudah mencapai Rp276,49 miliar. Sejumlah saham jumbo menjadi sasaran jual asing.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melamah 1,21 persen pada awal perdagangan Senin (3/8/2020) seiring dengan keluarnya investor asing dari saham-saham jumbo.

Pada pukul 09.09 WIB, IHSG turun 1,21 persen atau 62,21 poin menjadi 5.087,42. Terpantau 113 saham menguat, 198 saham melemah, 130 saham stagnan.

Pagi ini, net sell investor asing sudah mencapai Rp276,49 miliar. Sejumlah saham jumbo menjadi sasaran jual asing.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami net sell paling besar, yakni Rp90,8 miliar. Saham BBCA pun turun 2 persen menuju Rp30.575.

Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengalami aksi jual bersih oleh investor asing sebesar Rp54,9 miliar. Saham BBRI merosot 2,53 persen menjadi Rp3.080.

Sercara berturut-turut, saham yang dilego asing paling besar ialah TLKM (Rp53,3 miliar), ASII (Rp18,8 miliar), UNTR (Rp9,9 miliar), UNVR (Rp9,5 miliar), dan BMRI (Rp8,8 miliar). Seluruh saham tersebut melemah masing-masing 1,64 persen, 1,94 persen, 2,11 persen, 0,6 persen, dan 2,16 persen.

Analis memprediksi maraknya sentimen negatif diprediksi membuat pasar saham Indonesia cenderung terkoreksi pada Agustus ini.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pasar tengah dalam tren menanjak seiring dibukanya kembali aktivitas ekonomi. Bahkan pada Juli indeks harga saham gabungan (IHSG) akhirnya menembus level 5.000 meski masih dibayangi volatilitas.

Dia menyebut pada Juli kemarin kinerja pasar saham masih ditopang oleh optimisme kenormalan baru, tidak adanya gelombang kedua, progress pembuatan vaksin, serta sentimen positif dari laporan keuangan perusahaan khususnya di bursa Amerika Serikat.

Namun, jelang akhir bulan dia menilai sentimen positif tersebut mulai pudar dan mulai tertekan oleh sejumlah sentimen negatif seperti meningkatnya tensi antara AS dan China serta kurang mulusnya stimulus perekonomian Amerika.

Di dalam negeri, perkembangan kasus Covid-19 yang kian melambung juga menambah bayang-bayang gelap untuk pasar. Belum lagi kinerja laporan keuangan mayoritas emiten yang anjlok di paruh pertama tahun ini.

“Orang mulai sadar pembuatan vaksin masih membutuhkan waktu. Efek dari laporan keuangan [Wall Street] mulai pudar, lalu laba korporasi di Indonesia mulai keluar,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Minggu (2/8/2020).

Hans memproyeksikan kinerja pasar saham sepanjang Agustus ini akan kembali tertekan, akibat menguatnya sentimen-sentimen negatif tersebut. Ditambah lagi, pasar tengah menunggu angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 yang diprediksi minus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper