Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebal Pandemi, Laba Bersih Alfamart (AMRT) Naik 23 Persen

Sepanjang semester I/2020, perolahan laba Sumber Alfaria Trijaya Tbk. ditopang oleh pertumbuhan pendapatan. Omzet emiten bersandi AMRT itu naik 5 persen menjadi Rp38 triliun.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk di Kantor Pusat Alfamart Tangerang, Kamis (16/05/2019)./Istimewa
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk di Kantor Pusat Alfamart Tangerang, Kamis (16/05/2019)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menjadi emiten yang paling beruntung karena masih mampu mencetak kenaikan laba bersih di tengah pandemi.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020 yang diunggah di laman keterbukaan informasi BEI, Senin (3/8/2020), perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih 23,2 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Realisasi tersebut setara dengan perolehan laba bersih Rp493,26 miliar sepanjang periode pertama tahun 2020. Adapun, pendapatan dari pengelola jaringan ritel Alfamart, Alfamidi hingga Lawson tersebut bertumbuh 5,33 persen secara tahunan menjadi Rp38,08 triliun.

Di sisi lain, beban pokok penjualan yang meningkat sudah menyerap 79,63 persen dari total pendapatan periode tersebut. Walhasil, margin laba bersih terhadap pendapatan hanya sebesar 1,29 persen.

Berdasarkan segmentasi, pendapatan dari penjualan makanan masih menjadi penopang bisnis perseroan sebesar 64,93 persen. Namun, penjualan dari segmen bukan makanan dan jasa mengalami pertumbuhan signifikan masing-masing 21,1 persen dan 94,55 persen secara tahunan pada periode awal tahun. 

Kondisi ini jelas berbeda dari emiten ritel besar lainnya seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) hingga PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) yang merugi di tengah pandemi. 

Di lantai bursa, saham AMRT ditutup terkoreksi 2,7 persen atau 20 poin ke level Rp720 kendati kinerja keuangannya positif pada paruh pertama tahun ini.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan rilis data manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers’ Index (PMI) menjadi pemicu aksi jual bersih asing pada perdagangan hari ini.

Pasalnya, berdasarkan data yang diterbitkan pagi ini, indeks PMI Indonesia berada di level 46,9 pada Juli 2020, naik dibandingkan Juni 2020 yang berada pada level 39,1. Namun, level ini masih menunjukkan kontraksi karena masih di bawah level 50.

“Indeks PMI Indonesia yang masih kontraksi memicu net sell besar-besaran di pasar saham,” ungkapnya, Senin (3/8/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper