Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Bursa Asia Melemah, Indeks Topix Anjllok 2,82 Persen

Bursa Jepang, Korea Selatan, dan Australia kompak melemah pada penutupan perdagangan akhir pekan.
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas pasar Asia terkoreksi ditengah sentimen kekhawatiran investor terhadap laju pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (31/7/2020), indeks Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,78 persen setelah sempat dibuka menguat 0,5 persen. Posisi indeks tersebut terpantau di level 2.249,37.

Sementara itu, pasar Topix Jepang juga mengalami koreksi 2,82 persen ke kisaran 1.496,06. Indeks S&P/ASX 200 Australia juga menutup pekan di zona merah setelah ambles 2,04 persen di posisi 5.927,80.

Penurunan juga terjadi pada indeks Hang Seng Hong Kong yang terkoreksi tipis 0,14 persen di level 24.675,73. Sementara itu,, pasar China mengalami kenaikan setelah dengan indeks Shanghai Composite parkir di zona hijau dengan penguatan 0,79 persen di 3.310,94.

Perdagangan hari ini dipengaruhi oleh rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang terkontraksi pada kuartal II/2020. Sementara itu, Presiden AS DOnald Trump mempertimbangkan untuk menunda pemilihan umum Presiden yang akan berlangsung pada 3 November mendatang.

Di tengah musim laporan keuangan, investor tengah mencermati dampak negatif dari pandemi virus corona terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi. Lonjakan kasus positif yang terjadi di sejumlah wilayah membuat laju perbaikan ekonomi kemungkinan akan melambat.

Gubernur bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan, kenaikan jumlah kasus tersebut mulai menunjukkan dampaknya pada pemulihan ekonomi. Ia juga menuturkan prospek ekonomi dunia dalam beberapa waktu ke depan akan penuh dengan ketidakpastian.

"Dengan lonjakan kasus positif yang terjadi pada beberapa wilayah, bila dilihat dari laporan pendapatan perusahaan, hasil yang dicapai terbilang masih baik. tetapi, saat ini ekspektasi pasar memang sangat rendah," jelas Randy Frederick, Vice President of Trading and Derivatives di Schwab Center for Financial Research.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper