Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bersih Tumbuh Dua Digit, Ini Penjelasan Bos Mayora (MYOR)

Efisiensi menjadi salah kunci Mayora untuk meningkatkan profitabilitas di tengah kegiatan ekonomi yang melambat akibat pandemi.
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora

Bisnis.com, JAKARTA –  PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) termasuk salah satu emiten fast moving consumer goods (FMCG) yang mampu mencatatk pertumbuhan laba bersih di tengah pandemi Covid-19. 

Per Juni 2020, Mayora bisa mencetak laba bersih hampir Rp1 triliun, yaitu sebesar Rp938,47 miliar. Jumlah itu meningkat 16,22 persen dibandingkan dengan posisi Juni 2019. 

Di lain pihak, emiten consumer lain mengalami tekanan pada pos laba rugi. Misal, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Kino Indonesia Tbk. Kedua emiten itu mencatat penurunan laba bersih masing-masing 2,1 persen dan 67,52 persen secara tahunan.

Direktur Keuangan Mayora Hendrik Polisar menyatakan pertumbuhan laba disebabkan oleh berbagai aspek, mulai dari efisiensi hingga selisih mata uang asing. “Laba tumbuh, karena dari penghematan bunga dan laba kurs,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (30/7/2020).

Untuk diketahui, produsen biskuit dengan jenama Roma tersebut membukukan laba selisih kurs bersih Rp126,22 miliar per 30 Juni 2020. Posisi itu berbalik dari rugi Rp103,86 miliar periode yang sama tahun lalu.

Sementara, perseroan telah berhasil menekan utang bank jangka pendek hingga 50 persen menjadi Rp50 miliar dan pinjaman bank jangka panjang hingga 25,29 persen menjadi Rp2,12 triliun.

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Fitch mempertahankan peringkat jangka panjang ‘AA’ untuk Mayora dengan proyeksi stabil. Salah satu alasan Fitch mempertahankan peringkat Mayora adalah kaerna kinerja penjualan domestik. 

Fitch memprediksi penurunan penjualan ekspor dapat diimbangi dengan penjualan domestik yang lebih tinggi karena produk Mayora yang terdiversifikasi dengan baik, merek yang kuat, dan dapat memimpin pasar.

Mayora juga telah mempertahankan kas mata uang asing, sebagian besar dalam dolar AS dengan fasilitas lindung nilai dari pendapatannya. Perseroan, diketahui, menghasilkan lebih dari 40 persen dari total pendapatan tahunan dari penjualan ekspor, yang menutup sekitar 30 persen dari impor bahan baku dengan mata uang dolar AS.

“Bahan baku adalah komponen terbesar dari biaya Mayora, yang merupakan 53 persen dari pendapatan pada tahun 2019. Mayora memiliki kas US$163 juta (sekitar 74 persen dari total kas) pada 31 Maret 2020,” imbuh Fitch.

Walhasil, Fitch percaya aset bersih mata uang asing dan pemulihan volume penjualan ekspor pada semester II/2020 akan terus membantu Mayora mengendalikan fluktuasi mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper