Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Ditutup Variatif, Indeks Kospi Melejit 1,76 Persen

Perdagangan saham hari ini di Asia ditopang oleh sikap investor yang memperkirakan Gubernur The Fed, Jerome Powell, akan mempertahankan suku bunga di dekat 0 persen.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia bergerak secara variatif ditengah sentimen pertemuan bulanan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang kemungkinan akan melanjutkan kebijakan dovish. 

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (28/7/2020), indeks Topix Jepang yang pada pagi tadi stagnan terpantau turun 0,48 persen ke 1.569,12.  Bursa Australia yang awalnya menguat juga ditutup terkontraksi di level 0,39 persen pada posisi 6.020,5

Selanjutnya, indeks Kospi Korea Selatan melanjutkan kenaikan pada hari ini dan ditutup pada level 2.256, atau menguat 1,76 persen. Kenaikan juga terjadi pada indeks Shanghai Composite sebesar 0,49 persen di level 3.221,04 dan Hang Seng Hong Kong sebesar 0,44 persen ke posisi 24.711,62.

Perdagangan hari ini ditopang oleh sikap investor yang memperkirakan Gubernur The Fed, Jerome Powell, akan mempertahankan suku bunga di dekat 0 persen. Hal tersebut terjadi karena pemulihan ekonomi yang berjalan lebih lamban dari perkiraan.

Sementara itu, angka kenaikan kasus positif virus corona di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat seperti California, Arizona, dan Florida menunjukkan tanda perlambatan. Di sisi lain, kenaikan kasus di China, Jerman, dan Spanyol membuat otoritas kesehatan setempat kesulitan.

Selain itu, pemerintah AS terus melanjutkan pembahasan terkait paket stimulus baru. Para senat dari Partai Republikan mengeluarkan rancangan paket senilai US$1 triliun, sementara itu Parta Demokrat sebelumnya telah memperkenalkan rancangan dana sebesar US$3,5 triliun.

Chief Investment Officer Sierra Investment Management Terri Spath mengatakan, di tengah rilis data ekonomi dan outlook pendapatan perusahaan yang buruk, pasar menunjukkan pergerakan yang positif. Kebijakan The Fed yang terus melakukan pencetakan uang dinilai menjadi salah satu faktor utama pergerakan tersebut.

"Tidak adanya data ekonomi yang mendukung diperkirakan akan kembali membuat pasar modal menjadi volatil pada beberapa waktu ke depan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper