Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih Menderita Rugi Walau Pendapatan Tumbuh, Ini Penjelasan Phapros (PEHA)

Kerugian timbul akibat pencadangan yang harus dibentuk karena adanya piutang di luar pihak afiliasi.
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko dalam paparan publik virtual, Selasa (28/7/2020). /Ria Theresia Situmorang
Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko dalam paparan publik virtual, Selasa (28/7/2020). /Ria Theresia Situmorang

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Phapros Tbk. (PEHA) mengungkap penerapan standard akuntansi baru menjadi salah satu penyebab kerugian sebesar Rp13,83 miliar di kuartal pertama 2020. Kerugian terjadi di saat pendapatan perseroan justru bertumbuh hampir 30 persen menjadi Rp229,37 miliar.

Direktur Keuangan Phapros Heru Marsono mengatakan salah satu alasan kerugian yang diderita perseroan pada periode tersebut diakibatkan oleh penerapan standar akuntansi baru yakni PSAK 71.

“Penerapan PSAK 71 menjadikan piutang di luar afiliasi harus dicadangkan dengan jatuh tempo di atas 1 tahun. Kebetulan PT Rajawali Nusindo sudah tidak merupakan afiliasi sehingga piutangnya dicadangkan,” ungkap Heru dalam paparan publik perseroan, Selasa (28/7/2020).

Kendati demikian, Heru menjamin Rajawali Nusindo berkomitmen untuk melunasi utangnya hingga akhir tahun sehingga hal ini bisa membantu mengurangi biaya dengan sendirinya hingga periode akhir tahun mendatang.  

Adapun, Heru menargetkan dalam jangka pendek pendapatan dan laba bersih perseroan bisa bertumbuh masing-masing 10 persen didukung oleh diversifikasi produk perseroan selama kondisi pandemi Covid-19.

Di sisi lain, Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko menyampaikan penjualan produk yang menjadi tulang punggung perseroan yakni over the counter (OTC) tergerus 49 persen. Segmen ini mengandalkan 16 jenis produk obat.

Penurunan penjualan produk tersebut dapat ditutupi dengan kenaikan pendapatan dari produk obat generik berlogo (OGB) dan produk ethical. Produk generik naik 88,5 persen sedangkan ethical tumbuh 36,77 persen.

“Kita melakukan efisiensi dengan fokus pada produk pareto kita dengan jumlah 40-an produk. Kinerja di 2020, kita melakukan pemantauan terkait ketersediaan piutang dipantau terus agar kinerja menjadi lebih baik. Dan terkait program efisiensi, cost leadership, agar bottom line tidak meleset terlalu jauh,” terang Hadi.

Terkait pengembangan vaksin kerjasama holding BUMN farmasi Bio Farma dan perusahaan asal China Sinovac, perseroan menyatakan akan terus mendukung dan berkontribusi apabila diperlukan.

“Sebagai bagian dari Kimia Farma, dan holding farmasi, kita pastinya akan memberikan kontribusi bila diperlukan. Kami akan support bagaimana pemenuhannya,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper