Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Terbang, Saham KAEF dan INAF Terhempas hingga Kena Auto Reject

Saham Kimia Farma dan Indofarma amblas 6-7 persen setelah dalam sepekan melambung puluhan persen
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian./indofarma.id

Bisnis.com,JAKARTA — Pergerakan saham PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) terkena auto rejection bawah pada sesi perdagangan Selasa (28/7/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham Kimia Farma amblas 170 poin atau 6,67 persen ke level Rp2.380 pada sesi perdagangan Selasa (28/7/2020). Kondisi itu terjadi setelah harga saham perseroan naik 38,78 persen dalam sepekan.

Sementara itu, Indofarma juga amblas 170 poin atau 7,00 persen ke level Rp2.260 pada perdagangan Selasa (28/7/2020). Emiten farmasi itu juga telah terbang 50,17 persen dalam sepekan.

KAEF dan INAF kompak menguat dalam sepekan terakhir. Uji coba vaksin Covid-19 oleh induk Holding BUMN Farmasi, PT Bio Farma (Persero), menjadi pemicu.

Dua anak usaha Bio Farma itu akan menjadi distributor vaksin Covid-19 apabila produksi telah dilakukan. Pembagian porsi keduanya disebut menggunakan perbandingan 50:50.

Dalam sebuah seminar daring Selasa (28/7/2020), Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi menjelaskan bahwa saham emiten farmasi mendapatkan respons pembelian masif setelah kabar perkembangan uji coba vaksin dan rencana produksi. 

Sebagai bagian perlindungan investor, Bursa telah mengelompokkan beberapa saham ke dalam kategori unusual market activity (UMA) beberapa hari lalu.

Kebijakan itu, lanjut dia, untuk memberikan pendinginan kepada investor agar memahami situasi dan mencari informasi terbaik. Pergerakan saham emiten farmasi kini berbalik dan masuk auto rejection bawah (ARB) pada sesi Selasa (28/7/2020).

“Jadi, setelah sekian lama tinggi, kemudian ada cooling down, hari ini ada pembalikan sampai ARB,” paparnya.

Hasan mengatakan kehati-hatian tetap dibutuhkan oleh investor dengan tetap mencermati kewajaran kenaikan harga. Keputusan terbaik dari investor harus didasari informasi yang betul dan valid serta prospek emiten farmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper