Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nafta Turun, Chandra Asri (TPIA) Catatkan Rugi US$29,8 juta

TPIA membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,8 juta.
Penandatanganan perjanjian antara Bank DBS Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical Tbk. di Jakarta (20/7/2020)/dokumen DBS Indonesia
Penandatanganan perjanjian antara Bank DBS Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical Tbk. di Jakarta (20/7/2020)/dokumen DBS Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., mencatatkan rugi bersih sepanjang semester I/2020 akibat rendahnya harga jual produk kendati telah melakukan efisiensi di beberapa pos beban.

Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham TPIA itu membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,8 juta. Capaian itu berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu mencatatkan laba US$32,9 juta.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan bahwa penurunan kinerja perusahaan sebagian besar disebabkan oleh pencapaian laba kotor yang melemah walaupun sudah diimbangi dengan pengurangan dalam pengeluaran operasi.

Perseroan membukukan pendapatan US$841,4 juta, turun 20,1 persen dibandingkan dengan semester I/2020 sebesar US$1,05 miliar. Sementara itu, beban pokok pendapatan pada enam bulan pertama tahun ini tidak jauh berbeda dengan raihan pendapatan, yaitu US$852,6 juta.

Padahal, Suryandi mengaku memiliki spread margin di kisaran 20 persen hingga 30 persen yang didukung oleh harga bahan baku nafta yang rendah pada kuartal II/2020.

Volume penjualan juga relatif stabil, yaitu sebesar 1.082 kilo ton pada semester I/2020, naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.058 kilo ton.

Namun, harga penjualan rata-rata produk juga lebih rendah menjadi US$777 per ton daripada semester I/2019 di kisaran US$996 per ton, sehingga tetap menggerus kinerja pendapatan perseroan.

Lebih rinci, harga Ethylene dan Polyethylene turun tajam masing-masing menjadi US$646 per ton dan US$824 per ton dari US$906 per ton dan US$1.170 per ton pada semester I/2019.

Dengan demikian, EBITDA perseroan turun 96,3 persen menjadi US$4,5 juta daripada US$123 juta pada semester I/2019 disebabkan oleh kuartal I/2020 yang cukup menantang, permintaan yang lemah untuk polymer akibat perang dagang AS, dan perlambatan ekonomi di China karena pandemi Covid-19.

“Jadi yang perlu dicatat, penurunan kinerja ini masih imbas dari siklus industri petrokimia dari 2019 dan kuartal I/2020. Namun, kami melihat ada pertumbuhan pada kuartal II/2020 yang diharapkan hembusan angin segar ini bertahan hingga akhir tahun 2020,” ujar Suryandi saat paparan kinerja kuartal II/2020 pada Senin (27/7/2020).

Suryandi menjelaskan bahwa pihaknya telah melihat peningkatan dalam aktivitas industri terutama di China dan NEA, yang mengarah pada penguatan permintaan polymer.

Di sisi lain, emiten entitas konglomerasi Prajogo Pangestu itu juga menegaskan, kendati pendapatan dan laba dalam tekanan, likuiditas perseroan masih cukup kuat didukung oleh US$931 juta yang terdiri atas US$649 juta dalam bentuk kas dan setara kas, US$250 juta dari Revolving Credit Facility, dan US$32 juta dalam bentuk surat berharga.

Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan berkurang menjadi US$1,6 miliar dari sebelumnya sebesar US$1,69 miliar pada 31 Desember 2019.

Adapun, per 30 Juni 2020, perseroan memiliki posisi utang total US$950,4 juta terhadap saldo kas dan setara kas, sehingga posisi utang bersih keseluruhan US$301,4 juta. Utang Bersih terhadap EBITDA mencapai 4,9x.

Perseroan juga telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$70 juta sepanjang semester I/2020 dari alokasi capex tahun ini sebesar US$135 juta

Chandra Asri menyerap capex itu untuk digunakan sebagai pengembangan proyek MTBE dan Butene-1 yang akan operasi Agustus 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper