Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

New Normal Jadi Katalis Emiten Properti, Ini Rekomendasi Analis  

Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena pandemi virus corona dinilai erdampak pada performa emiten properti, namun pelonggaran yang mulai diberlakukan diharapkan menjadi katalis pemulihan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan kenormalan baru (new normal) akan sedikit membuka pintu pemulihan emiten-emiten properti pada semester II/2020. Meski demikian, jalan menuju kembali ke level sebelum pandemi virus corona masih cukup jauh.

Analis FAC Sekuritas, Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, selama semester I/2020, sektor properti memang menghadapi banyak tekanan negatif. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena pandemi virus corona dinilai amat berdampak pada performa perusahaan-perusahaan pada bidang ini.

Hal tersebut juga ditambah dengan masalah yang terjadi pada sejumlah emiten properti seperti PT Modernland Realty Tbk yang mengalami gagal bayar obligasi ataupun PT Cowell Development yang divonis pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Meski demikian, ia memperkirakan adanya perbaikan kinerja untuk emiten properti pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan semester I. Sejumlah katalis positif yang baru-baru ini muncul akan menjadi penopang naiknya performa perusahaan.

Pelonggaran PSBB di sejumlah wilayah, menurut Wisnu, akan menjadi katalis utama. Dengan kebijakan ini, perusahaan properti dapat memulai kembali rencana-rencana bisnis yang sebelumnya tertunda akibat pandemi virus corona.

“Pada beberapa wilayah juga sudah mulai diberlakukan kenormalan baru (new normal). Ini akan direspons positif oleh sektor properti, meskipun tidak akan setinggi pada tingkat sebelum terjadinya pandemi,” katanya saat dihubungi pada Senin (20/7/2020).

Selain itu, rilis sejumlah data ekonomi juga memberikan sinyal positif untuk pasar properti ataupun dunia usaha secara umum. Kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencerminkan adanya perbaikan prospek perekonomian di Indonesia.

Utang luar negeri (ULN) yang meningkat di sektor juga menjadi indikator positif untuk dunia usaha. Menurut data BI, ULN Indonesia tercatat sebesar US$404,7 miliar pada akhir Mei 2020, terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar 194,9 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 209,9 miliar dolar AS.

“Hal tersebut menandakan dunia usaha, termasuk di sektor properti, yang kembali melakukan ekspansi,” jelasnya.

Terkait masalah yang melanda sejumlah emiten properti, Wisnu menilai hal ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap prospek usaha sektor properti secara umum. Ia menilai, masih banyak perusahaan-perusahaan properti kelas kakap yang kinerjanya masih terjaga.

Untuk itu, Wisnu merekomendasikan sejumlah saham properti yang layak menjadi perhatian, salah satunya adala PT Pakuwon Jati (PWON). Meskipun PWON menjadi salah satu emiten yang paling terdampak pada kebijakan PSBB, recurring income perusahaan yang melimpah akan menjaga kinerja perusahaan di sisa 2020.

“Karena PWON memiliki mal yang cukup banyak, maka bottom line nya memang cukup tertekan. Tetapi, secara jangka panjang masih akan sangat baik, apalagi dengan pelonggaran PSBB yang memungkinkan masyarakat ke mal-mal milik PWON,” jelasnya.

Saham lain yang menjadi pilihan Wisnu adala PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Menurutnya, cadangan lahan (land bank) BSDE yang besar memungkinkan perusahaan terus melakukan pembangunan proyek residensial.

“BSDE jadi dapat terus melanjutkan pembangunan sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan,” katanya.

Di sisi lain, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan prospek emiten di sektor properti dinilai masih dapat bertahan di sisa tahun 2020. Namun, ia belum melihat adanya kemungkinan peningkatan kinerja perusahaan-perusahaan.

Menurut Reza, minat masyarakat untuk membeli properti, baik residensial, gedung dan jenis lainnya, masih cenderung lemah. Perhatian masyarakat saat ini lebih tertuju pada pemenuhan kebutuhan pokok.

Selain itu, pelonggaran PSBB juga belum tentu dapat menggenjot pendapatan emiten. Pasalnya, kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan masih minim dengan adanya sejumlah toko di dalam mal tersebut yang ditutup.

“Ditambah lagi dengan adanya penurunan pendapatan di masyarakat maka ekspansi belanja yang dilakukan nyaris tidak ada. Recurring income emiten dari rental space pun juga masih rendah,” jelasnya.

Pemulihan sektor ini juga diperkirakan tertahan oleh sejumlah kasus yang menimpa emiten properti. Hal ini akan membuat masyarakat lebih selektif lagi dalam membeli properti dan akan berdampak pada penilaian yang ketat oleh bank.

Meski demikian, Reza mengatakan masih ada beberapa saham emiten properti yang patut dicermati pada tahun ini. Ia mengatakan, minat masyarakat pada produk-produk yang dimiliki perusahaan ini masih cukup bagus.

“Saham-saham seperti PWON, BSDE, CTRA, BEST dan GWSA masih potensial untuk dimiliki. Produk mereka cenderung masih diminati meskipun animonya belum sebesar tahun-tahun sebelumnya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper