Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Kembali Bergejolak, Ada Apa?

Sejumlah sentimen negatif, dari penyebaran virus corona hingga ketegangan hubungan AS dan China, memberikan tekanan terhadap pergerakan rupiah.
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah diperkirakan mengalami volatilitas seiring meningkatnya jumlah infeksi virus covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar terus mengalami pelemahan sejak 8 Juni. Saat itu, rupiah tercatat pada level Rp13.956, namun terus melemah hingga Rp14.456 pada penutupan Selasa (7/7/2020).

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah terus melemah disebabkan kekhawatiran pasar terhadap laju penularan Covid-19 secara global termasuk Indonesia yang signifikan. “Peningkatan juga terjadi di negara yang sudah membuka lockdown sehingga peningkatan ini dikhawatirkan akan menghambat aktivitas ekonomi kembali,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (7/7/2020).

Menurutnya ekonomi Indonesia pun masih rentan di tengah pandemi Covid-19. Maka itu, pasar memerlukan bukti data perbaikan indikator ekonomi di Indonesia untuk mendongkrak laju nilai tukar.

Dari sisi global, ketegangan hubungan AS dan China yang memanas membuat investor was-was. “Masalah tuduhan AS mengenai penyebar virus, masalah keamanan digital, masalah UU keamanan Hong Kong menjadi penyebab memanasnya hubungan tersebut,” imbuhnya.

Ketegangan ini, lanjut Ariston, dikhawatirkan merembet ke urusan dagang yang bisa menganggu perekonomian ekonomi global. Pasalnya kedua negara itu adalah negara dengan perekonomian terbesar dunia.

Ariston menilai ada kemungkinan rupiah akan kembali Rp15.000 bila sentimen negatif itu terus terakumulasi. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan tidak diam saja.

“Mereka harus membentengi ekonomi Indonesia dengan berbagai stimulus agar ekonomi Indonesia bisa bertahan di tengah pandemi,” katanya.

Serangkaian stimulus dari pemerintah dan BI dalam jangka pendek bisa memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Ariston mengatakan pasar juga tengah menunggu penurunan kasus Covid-19 dan penemuan vaksin.

Ariston mengatakan level support sekitar Rp14.000 dengan level resisten di Rp15.200.

Sementara itu, Ibrahim Assuaibi Direktur PT TRFX Garuda Berjangka memperkirakan pada perdagangan besok kemungkinan akan menguat di level Rp14.410 sampai Rp14.490.

Menurutnya saat ini DPR sedang menggodog RUU Perjanjian Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Swiss. Hal ini bertujuan agar dana yang terparkir di Bank Swiss bisa kembali ke Indonesia.

“Kalau seandainya dana tersebut bisa di pindahkan maka perekonomian Indonesia akan semakin baik dan ini yang menjadi katalis positif buat pasar sehingga arus modal asing kembali masuk dalam pasar dalam negeri,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper