Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diterpa Sentimen Negatif, Laju Saham Unilever (UNVR) Berhasil Rebound

Unilever Indonesia menjadi perbincangan khalayak seiring dukungan induk terhadap gerakan LGBTQ. Di samping itu, penemuan kasus positif Covid-19 di pabrik Cikarang juga menjadi sentimen negatif bagi Unilever. Harga saham Unilever sempat menyentuh titik terendah, pekan lalu.
Logo Unilever. Perusahaan consumer Unilever dalam beberapa pekan menjadi perbincangan hangat di kalangan publik, termasuk ancaman boikut produk Unilever. Hingga awal perdagangan Senin (6/7/2020), saham Unilever terpantau di jalur hijau. /www.unilever.co.id
Logo Unilever. Perusahaan consumer Unilever dalam beberapa pekan menjadi perbincangan hangat di kalangan publik, termasuk ancaman boikut produk Unilever. Hingga awal perdagangan Senin (6/7/2020), saham Unilever terpantau di jalur hijau. /www.unilever.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Berbagai isu negatif yang menerpa emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dalam dua pekan terakhir tampak memiliki pengaruh terbatas pada pergerakan sahamnya.

Terbukti, pergerakan saham emiten berkode sandi UNVR tersebut berhasil rebound dengan kenaikan tipis 0,32 persen atau 25 poin ke level Rp7.925 hingga pukul 10.55 WIB seiring dengan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Senin (6/7/2020).

Saham UNVR sudah ditransaksikan sebesar Rp44,82 miliar dengan volume sebanyak 5,66 juta lembar. Pembelian saham UNVR mayoritas dilakukan oleh broker Bahana Sekuritas.

Berdasarkan catatan Bisnis, saham UNVR memang diselimuti sentimen negatif perseroan selama dua pekan terakhir.

Pertama, emiten tersebut menjadi perbincangan warganet perihal keputusan induk usahanya Unilever Global untuk mendukung komunitas Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Queer, and Intersex (LGBTQI+). 

Bahkan, dengan keputusan tersebut, Unilever Global mengubah logo perusahaan besar tersebut mengikuti identitas warna kebanggaan komunitas tersebut.

Dianggap tak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia, berbondong-bondong warganet meninggalkan komentar kekecewaan di laman media sosial milik Unilever Indonesia.

Media Relations Manager Unilever Indonesia Adisty Nilasari mengungkap bahwa pernyataan mendukung komunitas LGBTQI+ memang datang dari induk usaha global. Sepanjang berdirinya Unilever Indonesia, tidak pernah sekalipun perseroan mempromosikan polemik norma tersebut ke permukaan.

“Di tempat kita beroperasi itu beda-beda value yang diangkat. Kalau di Indonesia inklusifitasnya yang banyak kita gaungkan yakni tentang women empowerment, bagaimana akses untuk difabel, bagaimana kita di tempat kerja memberikan inklusivitas tidak membedakan gender, agama, ras, golongan,” ujar Adisty kepada Bisnis, Minggu (28/6/2020).

Terkait wacana pemboikotan produk, dia mengakui pihaknya memonitor media sosial secara berkala dan mengetahui adanya pembicaraan tersebut. Untuk selanjutnya, perseroan akan merilis keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Di lantai bursa, hal ini jelas menjadi momok tersendiri bagi perseroan mengingat emiten tersebut adalah salah satu anggota konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

Kedua, emiten mengumumkan konfirmasi beberapa karyawan yang terdeteksi mengidap infeksi Covid-19 di area fasilitas produksi perseroan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (2/7/2020).

Direktur Corporate Affairs Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso menyatakan kegiatan operasional segera ditangguhkan begitu mendapat kabar tersebut untuk berfokus menerapkan berbagai langkah preventif dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan.

Namun, dia Sancoyo menegaskan bahwa penghentian sementara kegiatan operasional pabrik di Bekasi tidak akan mempengaruhi ketersediaan produk-produk Unilever di pasaran.

“Kami akan terus memastikan bahwa semua standar keselamatan dan kesehatan kerja di pabrik kami terpenuhi sebelum kami kembali pada operasional normal,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (2/7/2020).

Selama sepekan terakhir, harga saham UNVR terpantau menyentuh level terendah di level Rp7.875 pada Rabu (1/7/2020).

Sebelumnya, Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan bahwa sentimen negatif tersebut hanya bersifat sementara.

“Kalo menurut saya, pressure dari stock price-nya lebih karena outflow asing juga. Dan ujung-ujungnya ke depan share price-nya akan dihargai sesuai dengan pertumbuhan labanya, dana kestabilan perusahaan, untuk melewati segala tantangan khususnya di saat pandemi seperti ini,” ujar Fariz kepada Bisnis, Minggu (28/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper