Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilau Tak Terbendung, Kinerja Kuartalan Emas Cetak Rekor Baru

Penguatan kinerja kuartalan yang beruntun menjadi yang terbaik dan terpanjang sejak 2011.
Emas batangan./bloomberg
Emas batangan./bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kilau emas semakin tidak terbendung. Harga logam mulia itu berhasil mencatatkan kinerja kuartalan terbesar sejak 2016 di tengah lonjakan permintaan aset investasi aman karena penyebaran pandemi Covid-19 tidak kunjung menunjukkan sinyal mereda.

Dalam beberapa perdagangan terakhir, emas terus menyentuh rekor-rekor tertingginya dan diyakini siap untuk segera membentuk level rekor tertinggi baru sepanjang sejarah.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas sepanjang kuartal kedua tahun ini berhasil menguat hingga 12,71 persen. Kinerja itu pun menjadi yang terbesar sejak kuartal I/2016, yang kala itu menguat hingga 16,41 persen.

Tidak hanya itu, dengan harga emas yang berhasil menutup kuartal kedua tahun ini di zona hijau menggaris bawahi tren harga emas di jalur bullish karena berhasil mencetak penguatan untuk kinerja secara tiga bulanan selama tujuh kuartal berturut-turut.

Penguatan kinerja kuartalan yang beruntun itu pun menjadi yang terbaik dan terpanjang sejak 2011.

Pada pertengahan kuartal II/2020, harga emas sempat menyentuh level US$1.796 per troy ounce dan terus menguji level US$1.800 per troy ounce, level yang belum disentuhnya kembali sejak 2011.

Adapun, pada September 2011 emas sempat menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah di level US$1.923,7 per troy ounce didukung oleh krisis utang mulai dari Yunani hingga AS. Saat itu, hampir semua harga komoditas anjlok, kecuali emas.

Saat ini, sepanjang tahun berjalan 2020 harga emas telah bergerak menguat sekitar 17 persen. Kinerja itu juga mengungguli aset investasi aman lainnya seperti yen yang hanya menguat 0,78 persen dan indeks dolar AS yang menguat 1,38 persen.

Pada perdagangan Selasa (30/6/2020) hingga pukul 15.42 WIB harga emas berjangka untuk kontrak Agustus 2020 di bursa Comex bergerak menguat 0,15 persen ke level US$1.783,9 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas di pasar spot melemah tipis 0,03 persen ke level US$1.772,22 per troy ounce.

Setelah diuntungkan oleh ketidakpastian pasar akibat perang dagang antara AS dan China dalam dua tahun terakhir, kini emas mendapatkan manfaat untuk melanjutkan penguatannya didukung sentimen krisis kesehatan dari pandemi Covid-19.

Pandemi itu telah melemahkan pertumbuhan ekonomi global seiring dengan penerapan kebijakan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mayoritas negara mengunci arus keluar-masuk, termasuk jalur perdagangan sehingga roda ekonomi tidak berputar seperti pada umumnya sepanjang 2020.

Proyeksi pelemahan itu pun mendorong banyak Bank Sentral dan Pemerintahan menggelontorkan stimulus, termasuk pemangkasan suku bunga acuan, guna membatasi pelemahan ekonomi.

Bahkan, Goldman Sachs memprediksi emas akan  mencapai level US$2.000 per troy ounce dalam 12 bulan ke depan.

Sementara itu, Analis Sumber Daya MineLife Pty Gavin Wendt mengatakan bahwa harga emas mendapatkan manfaat dari meningkatnya kekhawatiran pasar yang berkembang terkait Covid-19 yang dianggap telah diremehkan oleh banyak negara.

Dalam publikasi riset Universitas Johns Hopkins, jumlah kematian dari pandemi Covid-19 telah mencapai 500.000 jiwa, sedangkan kasus terkonfirmasi sudah melebihi 10 juta jiwa di seluruh dunia.

Menurut Universitas Johns Hopkins, terus meningkatnya angka kasus Covid-19 itu adalah pengingat mengerikan bahwa pandemi paling mematikan di era modern ini lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Emas juga mendapatkan manfaat dari triliunan  dolar stimulus yang akan digelontorkan oleh The Fed dan Pemerintah AS. Selain itu, proyeksi tingkat suku bunga acuan AS di area negatif juga menjadi pemicu. Dua sentimen ini akan mendorong emas ke rekor tertinggi,” ujar Wendt dikutip dari Bloomberg.

Senada, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi investor masih akan memburu emas sebagai aset investasi aman dalam jangka menengah.

Pasalnya, kekhawatiran pasar masih cukup tinggi terhadap pandemi Covid-19 yang sampai saat ini pun belum memiliki vaksin untuk menangkal virus itu. Selama pandemi Covid-19 masih ada, ekonomi tidak akan bisa pulih sepenuhnya.

Bahkan, banyak pemangku kebijakan merilis pernyataan mengenai potensi pemulihan ekonomi akan memakan waktu yang lama karena ketidakpastian masih tinggi di pasar.

“Kekhawatiran ini yang mendorong pasar masih  mencari aset aman seperti emas,” ujar Ariston kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper