Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19 Bikin Harga Gas Alam Tak Kunjung Mengegas

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara menahan pembelian . Sepanjang tahun berjalan, harga gas telah terkoreksi hampir 30 persen.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA - Tantangan pasar gas alam tampaknya semakin berat pada tahun ini. Belum pulih dari rendahnya permintaan pada tahun lalu, kini pasar gas alam diperparah oleh sentimen pandemi Covid-19.

International Energy Agency atau (IEA) memperkirakan permintaan gas global turun hingga 4 persen pada tahun ini, menjadi penurunan permintaan terbesar bagi pasar gas global sepanjang sejarah.

Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara menahan pembelian karena telah melemahkan ekonomi importir dan adanya keterbatasan pengiriman akibat kebijakan lockdown di beberapa negara untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.

Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) mencatat adanya penurunan ekspor gas alam AS secara signifikan akibat aksi pembatalan sejumlah pesanan oleh banyak importir di dunia.

Untuk Juni 2020, ekspor gas alam AS, sebagai salah satu produsen utama, turun menjadi kurang dari 4,0 Bcf (billion cubic feet) per hari, jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengiriman pada akhir Maret 2020 di kisaran 9,8 Bcf per hari.

Akibat hal itu, harga gas alam anjlok ke posisi terendahnya yaitu di bawah US$1,5 per MMBtu. Bahkan, pada penutupan perdagangan (25/6) harga menyentuh US$1,48 per MMBtu. Penurunan harga itu pun menjadi bencana besar bagi perusahaan pengebor gas AS karena harga berada di posisi lebih rendah daripada harga produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (29/6/2020) hingga pukul 18.18 WIB harga gas alam di bursa Nymex untuk kontrak Agustus naik 3,11 persen ke level US$1,59 per MMBtu. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah terkoreksi 27,3 persen.

Direktur Genscape Wood Mackenzie Ben Chu mengatakan bahwa pasar gas alam global, terutama LNG, sudah mengalami kebanjiran pasokan bahkan tanpa pandemi Covid-19 muncul pada tahun ini. Penurunan terbebani oleh kelebihan pasokan akibat penambahan kapasitas produksi pada 2019.

“Namun, Covid-19 telah membuat pasar semakin buruk,” ujar Chu seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (29/6/2020).

Senada, Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan bahwa secara fundamental pasar gas alam memang tidak sebaik komoditas energi lainnya seperti minyak sejak tahun lalu.

Faktor permintaan yang lemah akibat musim dingin yang tidak sedingin tahun-tahun sebelumnya juga memperparah keadaan pasar gas alam yang kelebihan pasokan.

Pada tahun lalu, salah satu konsumen gas alam terbesar dunia, China, pun sudah diproyeksi mengalami pelemahan permintaan selama lima tahun ke depan karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat sebagai imbas dari perang dagang dengan AS.

Menurut Wahyu, padahal pasar gas alam seharusnya dapat pulih dari kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan pada akhir tahun ini atau awal 2021. Namun, dengan adanya sentimen pandemi Covid-19 pemulihan pasar mungkin baru akan terjadi pada pertengahan 2021.

“Untuk harga, tentu sangat mungkin akan rebound, apalagi spekulasi sangat wajar terjadi ketika harga menyentuh historical low. Hanya, pasar gas alam untuk bertahan di atas US$2 per MMBtu akan cukup berat,” ujar Wahyu kepada Bisnis, Senin (29/6/2020).

Dia memperkirakan untuk tahun ini gas alam mungkin bergerak di kisaran US$1 hingga US$2,5 per MMBtu dengan level konsolidasi saat ini di US$2 per MMBtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper