Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akhir Pekan IHSG Dibuka Rebound, 160 Saham Hijau

Indeks dibuka naik 0,66 persen menjadi 4.928,83. Terpantau 160 saham emnguat, 38 saham koreksi, dan 82 saham stagnan.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA —Indeks Harga Saham Gabungan dibuka menguat pada perdagangan Jumat (26/6/2020)/

Indeks dibuka naik 0,66 persen menjadi 4.928,83. Terpantau 160 saham emnguat, 38 saham koreksi, dan 82 saham stagnan.

Kemarin, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh IMF pada Rabu (24/6/2020) menekan seluruh bursa saham global. Tidak terkecuali indeks harga saham gabungan (IHSG) yang harus puas parkir di zona merah dengan koreksi 1,37 persen ke level 4.896,730 akhir sesi Kamis (25/6/2020).

Aksi jual investor asing masih berlanjut sepanjang sesi perdagangan dengan total net sell Rp225,72 miliar. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. kembali menjadi bulan-bulanan aksi jual dan memimpin daftar top net foreign sell.

Seperti diketahui, IMF memproyeksikan resesi yang jauh lebih dalam pada 2020. Tidak hanya itu, pemulihan diperkirakan lebih lambat dari proyeksi yang dikeluarkan pada April 2020.

IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) global akan menyusut 4,9 persen tahun ini atau lebih dalam dari proyeksi 3 persen yang dikeluarkan April 2020. Pada 2021, pertumbuhan hanya diperkirakan 5,4 persen atau turun dari prediksi sebelumnya 5,8 persen.

Di sisi lain, rencana penempatan dana pemerintah senilai Rp30 triliun kepada bank himpunan milik negara (Himbara) seolah tidak mendapat respons pasar.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) kompak parkir di zona merah Kamis (25/6/2020).

Koreksi paling dalam dialami oleh BBNI yang turun 4,01 persen ke level Rp4.550. BBTN menempel dengan koreksi 2,88 persen ke level Rp1.180.

Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan sentimen negatif dari IMF menutup katalis positif rencana penempatan dana pemerintah di Himbara. Sektor saham konsumer dan sektor saham industri menjadi penekan utama laju IHSG.

Lanjar menjelaskan bahwa secara teknikal pergerakan IHSG melemah namun masih berada dalam tren positif jangka menengah. Menurutnya, indeks mencoba bertahan di moving average 5 dan 20 hari.

Indikator Stokastik dan RSI terkonsolidasi di area tengah oscillator. Dengan demikian, IHSG diperkirakan masih akan bergerak moderat.

“IHSG cenderung mencoba ditutup di zona hijau dengan support resistance 4.830—4.965,” ujarnya melalui riset yang dikutip, Jumat (26/6/2020).

Sementara itu, pasar Asia dibuka menguat menyusul pergerakan positif bursa Amerika Serikat yang didorong oleh prospek kucuran stimulus untuk menghadapi dampak negatif dari lonjakan kasus positif virus corona

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (26/6/2020), indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,6 persen setelah sempat naik 1 persen saat pembukaan. Kenaikan serupa juga dialami oleh bursa Topix Jepang.

Sementara itu, indeks S&P/ASX200 Australia naik 1 persen setelah indeks berjangka S&P 500 juga bergerak ke zona hijau di kisaran 1 persen. Saham-saham perbankan meroket setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) berencana melonggarakan kebijakan penambahan modal.

Meski demikian, The Fed juga mengatakan kepada bank-bank peminjam terbesar bahwa mereka tidak dapat menambah dividen atau melakukan pembelian kembali (buyback) saham.

Pada perdagangan hari ini, kekhawatiran investor akan kembali diterapkannya lockdown yang dapat menghambat pembukaan ekonomi dapat menghambat sentimen positif pasar. Selain itu, investor juga tengah memantau lonjakan kasus positif virus corona pada beberapa negara bagian di AS.

Kenaikan jumlah kasus ini telah membuat negara bagian Florida dan Texas menunda fase selanjutnya dalam rencana pembukaan kembali kegiatan ekonomi. Sedangkan, di Inggris, para otoritas di bidang kesehatan memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi gelombang kedua lonjakan kasus positif.

Portfolio Manager di Villere & Co., Sandy Villere mengatakan, kebijakan yang diambil The Fed akan mendukung keadaan pasar. Ia juga memperkirakan dalam beberapa waktu ke depan, pasar masih akan mengalami sejumlah kontraksi.

"Saat ini pasar tidak terlalu mempedulikan fundamental atau laporan pendapatan. Pandemi virus corona menjadi fokus utama pelaku pasar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper