Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bumi Resources Minerals (BRMS) Finalisasi Capex Proyek Tambang Seng

Direktur Bumi Resources Minerals Herwin Hidayat mengatakan bahwa hingga saat ini perseroan masih terus berdiskusi dengan mitra kerja sama, dalam hal ini NFC China, terkait besaran investasi yang diperlukan untuk membangun proyek timbal dan seng.
Fasilitas pengolahan bijih emas PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS)./Istimewa
Fasilitas pengolahan bijih emas PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam, PT Bumi Resources Minerals Tbk., masih dalam tahap finalisasi anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk pembangunan pabrik pengolahan timbal dan seng di Dairi, Sumatera Utara.

Direktur Bumi Resources Minerals Herwin Hidayat mengatakan bahwa hingga saat ini perseroan masih terus berdiskusi dengan mitra kerja sama, dalam hal ini NFC China, terkait besaran investasi yang diperlukan untuk membangun proyek tersebut.

Untuk diketahui, proyek tambang itu akan dikerjakan oleh anak usaha perseroan, PT Dairi Prima Mineral. Emiten berkode saham BRMS itu saat ini memiliki porsi kepemilikan atas usaha tersebut sebesar 49 persen, setelah menjual 51 persen kepemilikannya kepada NFC China medio 2018 lalu.

“Kalau tahun ini rencananya untuk mendapatkan pendanaan membangun pabrik pengolahan di anak usaha PT Dairi prima mineral (tambang seng) di Sumatera utara. Jumlah capex sedang didiskusikan dengan partner kami yaitu NFC China,” ujar Herwin kepada Bisnis, Kamis (25/6/2020).

Kendati pendanaan masih dalam proses, BRMS telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk menjaminkan seluruh aset atau harta kekayaan perseroan yang dimiliki langsung atau tidak langsung kepada para krediturnya dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar hari ini, Kamis (25/6/2020).

Herwin mengatakan bahwa hal itu dilakukan sebagai upaya antisipasi bila di tahun berjalan terdapat kebutuhan pendanaan untuk ekspansi usaha atau akuisisi aset baru mendesak dan membutuhkan persetujuan dari para pemegang saham.

“Jadi tidak perlu dimintakan lagi persetujuannya. Jadi bisa lebih cepat proses mendapatkan pendanaannya,” papar Herwin.

Adapun, BRMS menargetkan proyek tersebut akan mulai beroperasi secara komersil pada 2022. Nantinya, NFC China juga akan bertindak sebagai EPC Contractor (engineering, procurement, construction).

Sebelumnya, pada tahun lalu BRMS mengalokasikan capex sebesar US$10 juta untuk membangun pabrik pengolahan bijih emas menjadi dore bullion dengan kapasitas 500 ton bijih per hari. Herwin menjelaskan, sumber dana capex itu berasal dari kas internal perseroan.

Proyek tersebut telah selesai konstruksinya pada kuartal I/2020 dan saat ini sedang uji coba produksi. Proyek itu berlokasi di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah yang dioperasikan oleh anak usaha perseroan, PT Citra Palu Minerals (CPM), yang memiliki konsesi tambang emas seluas 85.180 hektar di Sulawesi Tengah dan Selatan.

Pada kuartal pertama tahun ini, BRMS berhasil memproduksikan lebih dari 10 kg dore bullion melalui fasilitas produksi yang baru di tambang Poboya. Hasil produksi tersebut dikirimkan ke fasilitas smelter Logam Mulia milik PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).

Berdasarkan catatan Bisnis, BRMS berencana untuk memproduksikan sekitar 100.000 ton bijih pada 2020, dan 180.000 ton bijih pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper