Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konglomerat Terkaya ke-14 di Indonesia Rajin Tambah Saham Emiten Batu Bara Terjumbo

Konglomerat Dato Low Tuck Kong membeli tambahan 1.000 saham baru emiten berkode saham BYAN.
Aktivitas di pelabuhan PT Bayan Resources Tbk. Istimewa
Aktivitas di pelabuhan PT Bayan Resources Tbk. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri sekaligus pemegang saham utama PT Bayan Resources Tbk. menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan tambang batu bara berkapitalisasi pasar terbesar.

Dalam keterbukaan informasi yang dirilis di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), konglomerat Dato Low Tuck Kong membeli tambahan 1.000 saham baru emiten berkode saham BYAN itu.

Harga penjualan per saham senilai Rp14.412,5 per saham yang ditransaksikan pada 23 - 24 Juni 2020. Artinya, total transaksi sebesar Rp14,4 juta.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa 23 Juni 2020 dan Rabu 24 Juni 2020, harga saham BYAN parkir di level Rp12.600 per saham.

Low Tuck Kong yang masuk ke dalam 15 besar orang terkaya di Indonesia pada 2020 dengan total kekayaan Rp17,6 triliun itu membeli saham BYAN di atas atau 14,38 persen lebih tinggi dari harga pasar.

Status kepemilikan saham ialah langsung. Dengan demikian, kepemilikan Low Tock Kong di BYAN pun meningkat tipis dari 1.795.467.300 saham menjadi 1.795.468.300 atau sebesar 53,86 persen dari total keseluruhan saham BYAN.

Di sisi lain, BYAN telah memangkas target pendapatan tahun ini menjadi hanya sebesar US$1,2 miliar dari target yang telah ditetapkan sebelumnya di kisaran US$1,4 miliar hingga US$1,6 miliar.

EBITDA yang diproyeksi berada di kisaran US$320 juta hingga US$350 juta pada tahun ini pun dipangkas menjadi di kisaran US$150 juta hingga US$180 juta.

Manajemen Bayan Resources mengatakan bahwa revisi panduan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja kuartal I/2020 perseroan dan kondisi pasar saat ini.

“Hal itu pun sejalan dengan Tambang Tabang yang menghentikan operasional penambangannya mulai 25 Maret hingga 14 Mei 2020 karena masalah keamanan terkait Covid-19,” tulis Manajemen Bayan Resources dalam laporannya.

Revisi target pendapatan penjualan tersebut dilakukan seiring dengan revisi target penjualan batu bara menjadi hanya 30-31 juta ton dari sebelumnya sekitar 35-38 juta ton. Selain itu, target produksi dipangkas menjadi 26 juta ton daripada sebelumnya sekitar 31-33 juta ton.

Selain mempertimbangkan tambang Tabang yang berhenti beroperasi, penurunan panduan volume penjualan dan produksi batu bara BYAN itu juga disebabkan jumlah pasokan yang berlebih di pasar dan tingkat persediaan batu bara perseroan yang tinggi, sisa dari tahun lalu.

Adapun, Average Selling Price (ASP) batu bara BYAN diperkirakan turun menjadi di kisaran US$39 hingga US$40 per ton berdasarkan harga referensi patokan newcastle yang rata-ratanya juga turun menjadi US$57,8 per ton pada 2020.

Padahal, cash cost production dinaikkan menjadi US$34-US$35 per ton dari sebelumnya di kisaran US$30 hingga US$32 per ton dengan mempertimbangkan volume penjualan yang rendah, biaya tambahan untuk posisi standby tambang, dan posisi bahan bakar tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper