Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Makin Diburu, Harga Emas Bisa Terkerek Hingga Menembus US$1.800

Harga emas sudah tembus level US$1.790 per troy ounce dan diperkirakan bakal terus melaju hingga ke level US$1.800.
Emas batangan./bloomberg
Emas batangan./bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan minat terhadap aset aman atau safe haven seperti emas membuat komoditas ini berpeluang menembus level harga US$1.800 per ounce.

Berdasarkan laopran dari Bloomberg pada Rabu (24/6/2020), harga emas berjangka untuk pengiriman bulan Agustus bergerak naik 0,6 persen ke US$1.791,80 per ounce di pasar Comex. Sementara itu, emas diperdagangkan di US$1.789.40 per ounce hingga pukul 08.32 waktu Singapura.

Dengan level yang sudah menembus US$1.791 per troy ounce, harga emas sudah memecahkan rekor harga tertinggi yang tercipta pada April 2012 lalu. Indeks berjangka pasar emas juga mengalami reli penguatan hingga 1 persen. Kenaikan tersebut terakhir kali dicapai komoditas emas pada 2011 lalu.

Jumlah kenaikan kasus positif virus corona di sejumlah wilayah berdampak pada kenaikan harga emas. Ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci, dalam pertemuannya dengan Kongres Amerika Serikat melaporkan lonjakan kasus positif yang menggelisahkan pada sejumlah wilayah di Negeri Paman Sam.

Selain itu, kenaikan tersebut juga ditopang oleh penurunan tingkat suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) dan sejumlah bank di negara lain. Hal ini turut diikuti oleh kucuran stimulus dari pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian yang terdampak pandemi virus corona.

Dengan faktor-faktor tersebut dan tingkat suku bunga real AS yang negatif, Glodman Sachs Group Inc., bahkan memprediksi harga logam mulia ini dapat menembus US$2.000 per ounce dalam 12 bulan ke depan.

Analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar mengatakan, kenaikan jumlah kasus positif virus corona membuat investor berpaling ke emas berjangka. Dhar menuturkan, penurunan tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS, US Treasuries, seri benchmark dengan tenor 10 tahun akan menopang kenaikan harga emas berjangka.

“Seiring dengan penurunan tingkat imbal hasil, emas akan menjadi aset yang lebih atraktif dibandingkan aset dengan bunga lainnya,” jelas Dhar.

Senada, Goldman Sachs menilai suku bunga acuan AS yang bisa turun ke area negatif dan yield obligasi tenor panjang yang tidak lagi menarik akan mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset investasi yang aman.

Belum lagi, adanya kekhawatiran penurunan nilai mata uang dan potensi lonjakan inflasi yang juga akan menjadi katalis positif bagi harga emas. Oleh karena itu, Goldman Sachs pun memperkirakan emas bakal mencapai rekor baru di posisi US$2.000 per troy ounce dalam 12 bulan ke depan.

Sementara itu, Tim Riset Monex Investindo Futures dalam risetnya mengatakan bahwa permintaan terhadap aset safe haven berpeluang kembali meningkat dalam jangka pendek dibalik pernyataan terbaru dari penasihat kesehatan Gedung Putih Dr. Anthony Fauci.

Dr Anthony Fauci mengomentari lonjakan kasus Covid-19 yang terlihat cukup parah dan merekomendasikan untuk penghentian sementara fase pembukaan ekonomi kembali di AS.

“Harga emas berpeluang bergerak naik dalam jangka pendek untuk menguji level resisten di US$1.774 - US$1.782 per troy ounce. Jika bergerak turun, level support terlihat di area US$1.760 - US$1.752 per troy ounce,” tulis Monex Investindo Futures dalam risetnya, Rabu (24/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper