Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Juni Bawa Hoki, Begini Prospek Mata Uang Asia Tenggara

Rupiah, yang telah melonjak 15 persen sepanjang kuartal ini, bisa saja menantang penguatan peso karena permintaan asing yang kuat untuk obligasi Indonesia.
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawati bank menata uang dollar dan rupiah di kantor cabang PT Bank Mandiri Tbk. di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Juni sepertinya akan menjadi bulan keberuntungan bagi mata uang negara-negara Asia Tenggara. Namun, tak ada yang mencatat performa segemilang peso Filipina.

Kendati rupiah, baht Thailand, dan ringgit Malaysia menunjukkan penguatan, peso Filipina sejauh ini merupakan mata uang berkinerja terbaik sepanjang tahun 2020 dengan apresiasi sebesar 1 persen.

Rebound tersebut memperkecil pelemahan akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang ditanggung oleh hampir setiap mata uang Asia Tenggara tahun ini.

Rupiah, yang telah melonjak 15 persen sepanjang kuartal ini, bisa saja menantang penguatan peso karena permintaan asing yang kuat untuk obligasi Indonesia.

Berikut faktor-faktor utama yang berpotensi memengaruhi kinerja mata uang negara-negara Asia Tenggara pada paruh kedua, seperti dilansir dari Bloomberg.

Peso Filipina

Sebagian keunggulan peso disebabkan membaiknya neraca transaksi berjalan. Impor pada April 2020 mengalami penurunan terdalam sejak 2009 karena negara ini memberlakukan lockdown.

Meski demikian, Filipina menghadapi tantangan yang semakin besar akibat menurunnya transaksi pengiriman uang (remittance). Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) juga telah mengisyaratkan keprihatinan atas apresiasi peso dengan melakukan intervensi guna menghentikan penguatan lebih lanjut.

Investor dipastikan akan menunggu petunjuk tentang prospek mata uang ini dari pertemuan kebijakan BSP pada Kamis (25/6/2020). Bank sentral Filipina itu diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya setelah memangkas sebesar 125 basis poin sepanjang tahun ini.

Rupiah

Asing kembali memburu surat utang lokal, karena daya tarik imbal hasil tertinggi kedua di Asia, setelah menjual obligasi pemerintah bernilai sekitar US$9,5 miliar pada Februari dan Maret. Sejak itu, arus dana masuk tercatat telah mencapai US$996 juta sehingga berpotensi mendorong penguatan rupiah lebih lanjut.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) masih menganggap rupiah undervalued di tengah inflasi yang rendah dan ekspektasi bahwa defisit transaksi berjalan akan menyempit menjadi 1,5 persen tahun ini.

Namun, dalam jangka pendek penguatan rupiah mungkin akan terbatas setelah BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pekan lalu sehingga membuka peluang untuk pelonggaran lebih lanjut.

Baht Thailand

Nilai tukar baht Thailand telah menguat 5,8 persen sepanjang kuartal ini sekaligus mempersempit depresiasi sepanjang tahun 2020 menjadi 3,4 persen.

Surplus neraca berjalan Thailand mampu menjadi pendorong baht, meskipun menyusut karena tidak adanya pendapatan dari sektor pariwisata akibat lockdown. Namun, kenaikan harga emas telah memberi beberapa dukungan untuk pusat perdagangan emas batangan.

Tekanan terhadap apresiasi lebih lanjut baht kemungkinan akan datang dari Bank of Thailand. Bulan ini, bank sentral Thailand tersebut memperingatkan siap mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa penguatan baht tidak merugikan perekonomian.

Investor dipastikan akan mencermati pertemuan kebijakan pada Rabu (24/6/2020), dimana bank sentral diantisipasi akan mempertahankan suku bunga acuannya di 0,5 persen.

Dolar Singapura

Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengelola kebijakan moneternya dengan mengendalikan nilai tukar dolar Singapura terhadap sejumlah mata uang mitra dagang utamanya ketimbang menggunakan suku bunga seperti bank sentral lainnya.

Kendati relaksasi atas langkah-langkah pembatasan merupakan faktor positif untuk mata uang lokal, data yang dirilis pada Selasa (23/6/2020) diperkirakan akan menunjukkan inflasi inti telah memburuk lebih lanjut pada Mei.

Data itu kemungkinan akan mendukung sikap MAS untuk memungkinkan nilai tukar mata uang yang lebih lemah demi memacu ekonominya yang bergantung pada perdagangan. Sepanjang tahun ini, dolar Singapura telah turun lebih dari 3 persen.

Ringgit Malaysia

Harga minyak yang fluktuatif dan gejolak politik telah membebani ringgit Malaysia sekaligus mengantarkannya ke dasar peringkat mata uang Asia Tenggara sepanjang tahun ini.

Setelah jatuh lebih dari 5 persen pada kuartal pertama, kurs ringgit hampir tidak naik 1 persen pada kuartal kedua. Ringgit mungkin masih perlu berjuang mengingat FTSE Russell telah mempertahankan Malaysia dalam daftar pantauan untuk kemungkinan pengecualian dari Indeks Obligasi Pemerintah Dunia.

Data inflasi yang dirilis pada Rabu (24/6/2020) diharapkan akan memberi petunjuk tentang ekonomi Malaysia dan hasil apapun yang mengecewakan dapat berujung pada penurunan suku bunga lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper