Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diproyeksi Bergerak Sideways Awal Pekan Depan, Ini Sebabnya

Fokus pasar pada pekan depan akan kembali tertuju kepada perkembangan data eksternal, sehingga membuat rupiah berpotensi bergerak sideways pada awal pekan depan.
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diperkirakan masih bergerak sideways pada pekan depan seiring dengan minimnya katalis dari dalam negeri.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa fokus pasar pada pekan depan akan kembali tertuju kepada perkembangan data eksternal, sehingga membuat rupiah berpotensi bergerak sideways pada awal pekan depan.

Dia juga menjelaskan, minimnya katalis dari dalam negeri seiring tidak adanya data penting yang akan dirilis pada pekan depan menjadi salah satu alasan.

“Kalau sentimen pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan ini sudah nilai oleh pasar, dan hal itu pun sesungguhnya sesuai ekspektasi pasar jadi tidak ada pengaruh signifikan,” ujar David saat dihubungi Bisnis, Minggu (21/6/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (19/6/2020), rupiah parkir di level Rp14.100 per dolar AS, terkoreksi 0,16 persen. Dibandingkan dengan posisi awal pekan pada Senin (15/6/2020), rupiah menguat 5 poin atau 0,10 persen.

Pada perdagangan akhir pekan, kinerja rupiah memang tidak terlalu buruk kendati juga tidak cemerlang.

Bersama rupee India, dolar Singapura, dolar Hong Kong, dan won Korea, rupiah mencetak koreksi tipis. Dalam sebulan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 4,14 persen. Namun, dalam periode tahun berjalan, mata uang garuda masih terkoreksi 1,68 persen.

Adapun, pada pekan ini Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

David menilai kestabilan nilai tukar rupiah menjadi poin yang lebih penting dibandingkan dengan penguatan signifikan melawan dolar AS. Volatilitas yang tinggi dianggap akan menyulitkan pelaku bisnis, terutama di sektor riil, untuk membuat keputusan investasi.

“Yang penting itu bukan seberapa kuat, tapi kestabilan. Kalau rupiah kuat sendirian di antara mata uang lainnya jadi gak ada daya saing dan kalau lemah sendirian kan itu juga tidak baik untuk rupiah,” papar David.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya pada perdagangan awal pekan depan seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai.

Masih bertambahnya kasus baru di AS, Eropa hingga Asia akan menjadi fokus utama pasar pada pekan depan. Hal itu menjadi katalis negatif, mengingat pertumbuhan ekonomi global akan semakin dalam tekanan dan menjauhkan investor terhadap aset berisiko, termasuk rupiah.

Selain itu, rupiah mendapatkan katalis negatif dari eskalasi ketegangan hubungan Korea Utara dan Korea Selatan.

Di sisi lain dari dalam negeri, revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh pemerintah yang pesimistis dinilai akan menjadi motor penggerak rupiah bergerak di zona merah pada pekan depan.

Untuk diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani akhirnya merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020, menjadi 1 persen dari semula 2,3 persen. Pemerintah memproyeksikan ekonomi dalam kisaran -0,4 persen hingga 1,0 persen untuk pertumbuhan ekonomi 2020.

“Sepanjang pekan depan, rupiah potensi bergerak di kisaran Rp14.090 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS,” ujar Ibrahim kepada Bisnis.

Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor/Rupiah)

Tanggal

Kurs

19 Juni

Rp14.242

18 Juni

Rp14.186

17 Juni

Rp14.234

16 Juni

Rp14.155

12 Juni

Rp14.228

Sumber: Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper