Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Mulai Pulih, Bahana TCW Tambah Porsi Aset Saham

Investment Strategy Director & Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menilai saat ini pasar saham sudah melewati fase bear period dan mulai memasuki base period.
Chief Economist Bahana Sekuritas Budi Hikmat saat memberikan paparan di acara Leader's Day bertema Acuan untuk Cuan, di kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Arif Budisusi
Chief Economist Bahana Sekuritas Budi Hikmat saat memberikan paparan di acara Leader's Day bertema Acuan untuk Cuan, di kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Arif Budisusi

Bisnis.com, JAKARTA — Manajer investasi mulai menambah alokasi aset saham untuk portofolionya seiring dengan optimisme akan pemulihan pasar.

Investment Strategy Director & Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menilai saat ini pasar saham sudah melewati fase bear period dan mulai memasuki base period.

Dia optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menyentuh level 5.600 pada akhir 2020 nanti. Pasalnya, dia melihat stimulus-stimulus yang digelontorkan oleh Bank Indonesia mulai menunjukkan hasil.

“Kalau kita lihat sekarang ini M1 gross melonjak,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (18/6/2020).

Seiring dengan hal tersebut, Budi mengatakan strategi investasi juga mulai berubah yakni dengan memperbesar porsi saham dalam portofolio. Menurutnya, porsi ideal saat ini adalah 50 persen di saham, 35 persen di obligasi, dan 15 persen untuk pasar uang.

Cash dikurangi apalagi tadi BI [Bank Indonesia] juga ternyata menurunkan suku bunga. Kemudian tadinya kita melihat obligasi lebih gede, tapi sekarang bisa saham yang lebih gede,” tuturnya.

Adapun dalam memilih saham-saham yang patut dikoleksi, Budi menetapkan sejumlah kriteria tertentu sebagai antisipasi kondisi pasar yang masih dibayangi ketidakpastian terkait pandemi Covid-19.

“Tetap invest di saham, tapi harus punya proses screening. Harus fokus di antisipasi karena Covid ini kan masih lama, tidak tahu akan seperti apa akhirnya,” imbuh dia.

Kriteria tersebut antara lain perusahaan harus memiliki laporan neraca yang baik dengan rasio utang atau debt to equity ratio (DER) rendah. Atau dengan kata lain menghindari perusahaan yang memiliki beban utang tinggi.

Selanjutnya, perusahaan memiliki tema yang bagus dan relevan terhadap kondisi kenormalan baru saat ini, seperti perusahaan yang terkait dengan ekonomi digital, farmasi dan kesehatan, barang konsumsi, hingga jalan tol.

“Digital economy itu misalnya bank pasti terkait. Kemudian consumer staples juga oke, yang berkaitan dengan makanan, packaging,” tuturnya.

Kemudian kriteria terakhir adalah saham yang valuasinya sudah sangat murah dibandingkan valuasi aslinya. Namun, kriteria terakhir ini memerlukan tinjauan lebih lanjut karena valuasi beberapa emiten mulai naik seiring pasar yang rebound.

“Setidaknya dua dari tiga kriteria itu harus terpenuhi,” ujar Budi.

Selain itu, Budi juga menyarankan agar tetap fokus pada saham-saham berkapitalisasi tinggi, apalagi saat ini investor asing juga belum begitu deras masuk ke pasar Indonesia.

Adapun untuk produk berbasis saham, dia menyebut Bahana Dana Ekuitas Andalan dan Bahana Primavera 99 sebagai beberapa produk yang dapat jadi pilihan. Sementara untuk pasar uang ada produk Bahana Kas Likuid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper