Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Sedia Dana US$1 Triliun untuk Infrastruktur, Chili Ikut Happy

Pembangunan infrastruktur yang bakal menelan dana hingga US$1 triliun di Amerika Serikat dinilai bakal mengerek harga tembaga. Chili, negara yang memproduksi 5,8 juta ton tembaga bakal kebagian berkah.
Tembaga./Bloomberg
Tembaga./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Proposal proyek infrastruktur dari Pemerintahan Presiden AS Donald Trump disambut positif oleh negara-negara penghasil logam dasar.  Salah satunya Chile, sebagai produsen tembaga dunia berencana akan mengoptimalkan produksi di tengah pandemi Covid-19.

Rencana proyek infrastruktur senilai US$1 triliun tersebut juga telah menjadi katalis positif mengerek harga tembaga yang melempem sejak awal tahun akibat pandemi Covid-19.

Mengutip Bloomberg, harga tembaga di London Mercantile Exchange ditutup menguat 0,37 persen ke level US$5.728 per ton pada akhir perdagangan Selasa (16/6/2020). Sejak awal tahun, harga masih tergerus 7,22 persen.

Marco Riveros, CEO Komisi Tembaga Chile (Cochilco), memperkirakan harga rata-rata tembaga bisa lebih dari US$2,50 per pon pada 2020 atau di atas level harga rata-rata saat ini.

“Khususnya di Chile, pertambangan merupakan pendorong pembangunan ekonomi. Dalam kasus sekarang ini, pemulihan ekonomi akan berlanjut,” kata Riveros seperti dikutip Bloomberg, Rabu (17/6/2020).

Riveros menunjukkan bahwa sisi permintaan tembaga bakal ditopang oleh pemulihan aktivitas ekonomi di Eropa dan proposal infrastruktur Trump senilai US$1 triliun.

Sementara itu, dari dalam negerinya Chile telah menyediakan insentif untuk sektor tambang supaya tetap dapat mencapai tingkat kapasitas optimal pada masa pandemi.

Tahun lalu, Chile memproduksi 5,8 juta ton tembaga. Namun, wabah Covid-19 diperkirakan bakal mengurangi produksi tembaga Chile sebesar 75.000—400.000 ton tahun ini.

Saat ini, beberapa variabel yang digunakan untuk  memprediksi tren produksi tembaga di Chile semakin berkurang, Sejumlah perusahaan tambang di sana telah berulang kali merevisi target produksi dan operasional seiring dengan berkurangnya tenaga kerja akibat kebijakan pembatasan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper