Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Outlook Sudah Direvisi Negatif, Peringkat Kredit Indonesia Bisa Turun?

Penurunan peringkat ke level tidak layak investasi atau non investment grade dinilai kecil. Pasalnya, peringkat akan diturunkan ke level tersebut seandainya pertumbuhan ekonomi nmemburuk dalam dua tahun ke depan serta faktor risiko eksternal semakin meningkat.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com,JAKARTA — PT Mandiri Sekuritas melihat kemungkinan penurunan peringkat kredit Indonesia level non investment grade terbilang kecil.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengungkapkan kemungkinan Indonesia mengalami penurunan peringkat kredit menjadi pertanyaan saat ini. Pasalnya, lembaga pemeringkat, S&P Global Ratings, telah merevisi prospek atau outlook Indonesia dari stabil menjadi negatif.

Kendati demikian, S&P Global Ratings masih mempertahankan peringkat BBB untuk utang jangka panjang Indonesia dan AA untuk utang jangka pendek.

Handy menjelaskan bahwa S&P akan menurunkan peringkat Indonesia seandainya pertumbuhan ekonomi semakin memburuk dalam dua tahun ke depan serta faktor risiko eksternal semakin meningkat.

“Ini mungkin yang harus dijaga oleh pemerintah bagaimana upaya untuk menjaga supaya kalau bisa gross domestic product [GDP] tidak sampai negatif,” jelasnya dalam Economic Outlook Bank Mandiri Group secara daring, Rabu (17/6/2020).

Dia mengatakan S&P masih akan melihat perkembangan Indonesia dalam 1 tahun hingga 2 tahun ke depan. Apabila, kebijakan fiskal dan moneter berjalan dengan baik dan ekonomi tidak sampai resesi atau terkontraksi, diharapkan tidak terjadi penurunan peringkat kredit.

Kendati demikian, Handy menyebut kemungkinan Indonesia mengalami penurunan kredit ke BBB- cukup besar atau sekitar 40 persen. Estimasi itu dengan mempertimbangkan beberapa indikator.

“Tetapi yang penting Indonesia belum sampai downgrade ke non investment grade. Non investment grade hitungan kami probabilitas nya hanya 10 persen,” jelasnya.

Dia menilai tidak menjadi masalah terjadi penurunan preingkat selama belum ke kuadran non investment grade. Pasalnya, banyak negara yang juga mengalami penurunan peringkat karena penyebaran pandemi Covid-19.

Dalam periode tahun berjalan, ada sekitar 85 negara yang diperingkat oleh lembaga pemeringkat. Hasilnya, sebanyak 32 mengalami penurunan peringkat serta sekitar 40-50 direvisi prospeknya.

Market juga sudah mulai priced in karena credit default swap Indonesia sudah agak naik dibandingkan dengan posisi awal tahun. Harusnya, kalau downgrade tetapi tidak yang non investment grade tidak surprise ke pasar,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper