Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Sekuritas Prediksi IHSG Masih Bisa Naik 11 Persen

Proyeksi level IHSG 5.540 didapatkan dari hasil perkiraan total laba bersih sekitar 70 hingga 80 perusahaan yang diulas oleh Mandiri Sekuritas.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Mandiri Sekuritas memproyeksi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mampu mendarat di level 5.540 pada akhir 2020 mendatang.

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan target IHSG untuk akhir 2020 di level 5.540 adalah kenaikan atau upside 11 persen dari posisi harga saat ini.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,03 persen atau 1,318 poin ke level 4.987,776 pada akhir perdagangan, Rabu (17/6/2020). Secara year to date (ytd), laju indeks masih mengalami koreksi 20,82 persen.

Kendati demikian, Adrian mengingatkan saat ini merupakan fase recovery atau pemulihan. Dengan demikian, perubahan yang terjadi akan sangat dinamis.

“Analis kemarin mungkin sudah pangkas proyeksi laba bersih tetapi nanti kalau bagus datanya kami mungkin akan pertimbangan lagi,” tuturnya dalam Economic Outlook Bank Mandiri Group, Rabu (17/6/2020)

Dia menjelaskan bahwa proyeksi level IHSG 5.540 didapatkan dari hasil perkiraan total laba bersih sekitar 70 hingga 80 perusahaan yang diulas oleh Mandiri Sekuritas. Tiap analis mengeluarkan proyeksi kemudian digabungkan untuk mendapatkan target indeks akhir tahun ini.

Adrian mengatakan masih banyak saham yang menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Menurutnya, banyak saham kini telah memiliki valuasi yang murah..

Dia menuturkan valuasi murah dimiliki oleh saham perusahaan cyclical. Sektor yang masuk dalam kategori tersebut yakni perbankan, otomotif, properti, dan peritel.

“Kalau kita lihat jangka panjang banyak yang menarik untuk entry point di level sekarang. Kalau investasinya untuk sampai akhir tahun ini, memang harus seimbang karena tidak tahu apakah reopening data bisa sesuai ekspektasi atau tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut, Adrian juga membeberkan fenomena kenaikan pasar saham secara signifikan dalam dua bulan terakhir. Faktor utama menurutnya yakni langkah quantitative easing (QE) yang ditempuh oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.

“QE itu memang menyebabkan investor kembali berani mengambil risiko karena memang The Fed sudah memberikan stimulus untuk likuiditas,” paparnya.

Di sisi lain, dia menyebut terjadi lagging untuk penyebaran virus Covid-19 di Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Penyebaran virus corona di dalam negeri baru dimulai pada Maret 2020 sementara negara lain sudah sejak awal tahun ini.

Adrian menjelaskan bahwa saat ini juga IHSG lebih ditopang oleh saham perbankan. Kondisi itu berbeda dengan bursa Amerika Serikat yang lebih didorong oleh laju saham-saham teknologi.

“Kontribusi itu yang membuat bursa saham di Amerika Serikat recovery jauh lebih cepat dari Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper