Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

80 Mal Dibuka Kembali Besok, Bagaimana Prospek Emiten Ritel?

Ketua APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat sebelumnya menjelaskan bahwa 80 mal anggotanya rata-rata mengawali jam buka mulai pukul 11.00 WIB dan tutup pada 20.00 WIB pada Senin (18/6/2020).
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Suasana salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (19/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 80 pusat perbelanjaan di kawasan DKI Jakarta dipastikan akan beroperasi kembali dengan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 pada Senin (15/6/2020).

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Ketua Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat menjelaskan bahwa 80 mal anggotanya rata-rata mengawali jam buka mulai pukul 11.00 WIB dan tutup pada 20.00 WIB.

Mengingat pusat perbelanjaan belum beroperasi penuh, saat ini karyawan yang bisa diserap hanya berkisar 50 persen.

Kendati mendapatkan angin segar, Mirae Asset Sekuritas masih berpandangan netral terhadap pergerakan saham sektor ritel menyambut sentimen positif tersebut.

Analis Christine Natasya mengatakan pembukaan kembali ekonomi global memang telah mendorong rebound pasar saham global. Namun, ia menyarankan investor ritel Tanah Air untuk lebih konservatif memilah saham sektor ritel.

“Kami masih mengantisipasi hasil kuartal satu dan kuartal dua yang akan dirilis dan kami mengekspektasikan pertumbuhan pendapatan akan melambat pada kedua kuartal. Perusahaan ritel juga akan menerapkan PSAK 73 tahun ini, yang bisa berdampak negatif pada laba setelah pengakuan depresiasi dan bunga pada laporan laba rugi,” jelasnya dalam risetnya baru-baru ini.

Dia juga menegaskan bahwa lonjakan penjualan pada sektor ritel kemungkinan besar akan terjadi pada akhir tahun setelah Presiden Jokowi menggeser cuti bersama akibat penyebaran Covid-19 yang terus masif selama bulan Ramadan.

Rekomendasi analis

Menurut Christine, pergeseran cuti bersama pada bulan Desember kemungkinan tidak akan menambah antusiasme belanja konsumen peritel, khususnya PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) dan PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) karena lonjakan penjualan emiten tersebut berada pada periode Ramadan.

“Meskipun demikian, di antara ritel di bawah jangkauan kami, PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) memiliki pendapatan musiman tertinggi pada kuartal keempat, diikuti oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI),” imbuhnya.

Hal ini membuat sekuritas percaya bahwa ACES dan MAPI akan menjadi penerima manfaat utama dari relaksasi PSBB karena target pasarnya yang lebih tangguh dibandingkan dengan RALS dan LPPF.

Secara musiman, pelanggan memang cenderung membeli barang-barang pada kuartal keempat, yang merupakan momentum yang baik untuk rebound. Dengan begitu, sekuritas berharap pemulihan bertahap mendekati akhir tahun. 

Walhasil, pilihan utama sekuritas untuk sektor peritel adalah MAPI karena target pasar yang tangguh dan LPPF karena valuasinya yang sudah murah.

Christine sendiri menyematkan rekomendasi trading buy untuk saham MAPI dan LPPF masing-masing dengan target harga Rp810 dan Rp1.700.

Untuk ACES, sekuritas menyatakan valuasinya masih wajar sehingga direkomendasikan untuk menahan dahulu saham ritel alat rumah tangga tersebut dengan target harga Rp1.450.

Di sisi lain, Panin Sekuritas memperkirakan kinerja MAPI di tengah masa transisi pun akan relatif melambat seiring dengan operasional gerai yang masih belum kembali ke kapasitas normal.

Analis Rendy Wijaya menerangkan bahwa MAPI mendapatkan insentif pembebasan biaya sewa 3 sampai 6 bulan ke depan. Selain itu, tidak dilakukannya perpanjangan kontrak untuk sebagian pekerja tidak tetap dan pengurangan gaji dan upah karyawan tetap sudah termasuk dalam langkah efisiensi yang dilakukan perseroan pada tahun ini.

“Sejak bulan Maret 2020, MAPI telah menghentikan pengiriman pasokan persediaan dari principal brand sehingga kami memperkirakan tingkat persediaan relatif akan stabil dan tidak terjadi penumpukkan yang dapat membebani neraca,” tulis Rendy dalam publikasi risetnya baru-baru ini.

MAPI juga berhasil mencatatkan kinerja yang solid dengan net cash position pada tahun lalu. Dengan demikian, memasuki 2020, Rendy memperkirakan net gearing berpotensi kembali meningkat, tetapi masih dapat diatasi. Hal ini didorong oleh kebutuhan untuk menjaga likuiditas perusahaan di tengah masa pandemi.

Sejalan dengan hal tersebut, sekuritas menurunkan estimasi pendapatan dan laba bersih perseroan pada 2020 masing-masing -24,9 persen dan -42,7 persen dengan estimasi kinerja 2021 yang jauh lebih baik.

“Kami menurunkan rekomendasi menjadi HOLD (tahan) untuk MAPI dengan menurunkan target harga ke Rp825 (sebelumnya: Rp1.300), berimplikasi pada price-to-earning ratio (PE) 15 kali pada tahun 2021 atau setara dengan-0,8x std.dev rata-rata PE 5 tahun terakhir,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper