Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volatilitas Pasar Tinggi, Bagaimana Prospek Saham BMRI?

Kendati menjadi penopang indeks dengan kenaikan sebesar 4,26 persen pada perdagangan Jumat (12/6/2020, harga saham BMRI sempat anjlok pada pertengahan pekan ini.
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100.000 disalah satu kantor cabang milik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang ada di Jakarta, Senin (7/10). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Volatilitas pasar yang cukup tinggi dalam beberapa minggu terakhir terkhusus untuk saham emiten perbankan membuat banyak investor gelisah bertransaksi saham sektor tersebut.

Terkhususnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), kendati menjadi penopang indeks dengan kenaikan sebesar 4,26 persen pada perdagangan Jumat (12/6/2020), harga sahamnya sempat anjlok pada pertengahan pekan ini.

Bahkan pada Rabu (10/6/2020), saham emiten pelat merah tersebut terkena auto reject bawah atau ARB dengan koreksi sebesar 6,91 persen. Lalu, bagaimanakah prospek saham BMRI? Apakah masih atraktif?

Sebagai catatan, BMRI membukukan pertumbuhan laba setelah pajak sebesar 9,44 persen secara tahunan menjadi Rp7,92 triliun pada paruh pertama tahun 2020.

Pertumbuhan laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income/FBI) sebesar 23,95 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp7,74 triliun.

Adapun, per 31 Maret 2020, pendapatan operasional tumbuh 13,46 persen secara tahunan, sedangkan dari sisi biaya operasional tumbuh 13,26 persen secara tahunan atau yoy dan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tumbuh 26,19 persen yoy menjadi Rp3,4 triliun.

Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Youngjun mengatakan BMRI memang terlihat sangat berhati-hati menghitung pendapatannya untuk sisa tahun 2020 akibat dari penyebaran Covid-19.

“Meskipun hasil kuartal satu tahun ini cukup solid dan lebih baik dari perkiraan, kami tetap berhati-hati dan menurunkan rekomendasi kami dari tahan menjadi jual saham BMRI dengan target harga yang sedikit lebih tinggi yakni Rp4.350 dari Rp4.240,” tulisnya dalam riset, Selasa (9/6/2020).

Target harga tersebut mempertimbangkan P/B (price-to-book ratio) sebesar 1 kali estimasi BPS selama 12 bulan ke depan dengan perkiraan bahwa bank akan menghasilkan ROE (return on equity) sebesar 11,2 persen, dengan rata-rata historis 5 tahun rata-rata 14,1 persen.

Hingga 5 Juni 2020, sekuritas memberi catatan, total pinjaman restrukturisasi yang disetujui perseroan adalah sebesar Rp99 triliun dari pipeline Rp123,1 triliun.

Emiten anggota konstituen Bisnis-27 tersebut sebelumnya memproyeksikan pinjaman yang direstrukturisasi lebih Rp200 triliun, tetapi tampaknya manajemen mulai mempertimbangkan untuk menghindari kasus terburuk dampak negatif Covid-19.

“Kami juga merevisi kenaikan biaya kredit dari +36bps menjadi +46bps pada tahun 2020, serta menyesuaikan pertumbuhan pendapatan kami dari -13,5% yoy menjadi -16,2% yoy,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper