Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sesuaikan Ekspansi Chandra Asri dan Star Energy, Barito Pacific (BRPT) Pangkas Capex

Menghadapi tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19 perseroan akan melakukan kajian terhadap rencana yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini. Salah satunya adalah penyesuaian capex yang dilakukan seiring dengan penundaan beberapa proyek strategis.
Direksi Barito Pacific berfoto usai rapat umum pemegang saham tahunan kinerja 2018 di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo
Direksi Barito Pacific berfoto usai rapat umum pemegang saham tahunan kinerja 2018 di Jakarta, Rabu (15/5/2019)./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia dan energi, PT Barito Pacific Tbk., telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$55 juta pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Perseroan pun mempertimbangkan memangkas alokasi capex 2020 karena menyesuaikan rencana ekspansi anak usahanya.

Direktur Keuangan Barito Pacific David Kosasih mengatakan bahwa pada kuartal I/2020 perseroan telah menyerap capex sebesar US$55 juta, atau setara dengan 10,5 persen dari total anggaran yang ditetapkan pada awal tahun ini sebesar US$525 juta.

“Capex tersebut sebagian besar digunakan untuk pengembangan proyek MTBE dan Butene-1 milik anak perusahaan yang akan rampung awal kuartal III/2020,” ujar David saat teleconference dengan media, Kamis (11/6/2020).

Kendati demikian, menghadapi tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19 perseroan akan melakukan kajian terhadap rencana yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini. Salah satunya adalah penyesuaian capex yang dilakukan seiring dengan penundaan beberapa proyek strategis.

Untuk diketahui, target penyelesaian pemilihan investor strategis atau final investment decision (FID) proyek CAP II milik entitas anak usaha PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) terpaksa diundur, yang semula pada 2021 menjadi ditargetkan pada 2022.

Penundaan target FID tersebut pun berdampak pada pemangkasan capex TPIA menjadi hanya sebesar US$135 juta, dari yang semula ditetapkan sebesar US$430 juta pada tahun ini.

Selain itu, entitas anak usaha perseroan lainnya, Star Energy, juga melakukan penundaan program drilling menjadi hingga tahun depan. Hal itu pun dilakukan agar Star Energy mampu memaksimalkan operasional kinerja.

Akibatnya, capex Star Energy pun ikut disesuaikan menjadi sekitar US$40 juta dari US$80 juta yang dianggarkan sebelumnya.

Dengan demikian, belanja modal konsolidasi emiten berkode saham BRPT itu pun disesuaikan menjadi hanya sebesar US$185 juta, turun dari alokasi yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini.

“Namun, perseroan berkomitmen proyek-proyek yang ditunda akan tetap berjalan khususnya pabrik CAP II,” jelas David.


KINERJA KUARTAL I/2020

Adapun, BRPT mencatatkan rugi bersih sebesar US$2,08 juta pada kuartal I/2020. Realisasi itu berbanding terbalik dengan kuartal I/2019 yang berhasil mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas pemilik sebesar US$5,62 juta.

Dari sisi top line, perseroan mengalami penurunan pendapatan pada kuartal I/2020 sekitar 10,1 persen menjadi US$610,6 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$679,24 juta.

Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu menjelaskan bahwa penurunan pendapatan bersih perseroan sebagian besar disebabkan menurunnya harga rata-rata penjualan produk petrokimia khususnya Olefins dan Polyfelins dengan volume penjualan yang relatif stabil.

Menurunnya keuntungan sektor petrokimia tersebut pun membuat EBITDA perseroan menurun sebesar 40,4 persen dari US$161 juta pada kuartal I/2019 menjadi US$96 juta pada kuartal I/2020.

“Laporan keuangan Kuartal I/2020 mencerminkan periode yang menantang dari industri petrokimia di dunia dengan rekam jejak marjin yang rendah didorong oleh melemahnya permintaan khususnya di pasar domestik China yang disebabkan oleh wabah Covid-19,” ujar Agus.

Kendati demikian, kegiatan panas bumi melalui Star Energy terus memberikan tingkat pendapatan dan EBITDA yang stabil, serta tren peningkatan laba bersih yang disebabkan oleh tren penurunan biaya bunga.

Perseroan pun optimistis pada kuartal selanjutnya perseroan mampu mencetak kinerja yang lebih baik dibantu oleh tingkat margin yang lebih tinggi akibat tren penurunan harga minyak yang mempengaruhi harga bahan baku nafta.

“Kami tetap berkeyakinan pada kesuksesan jangka panjang dengan memperhatikan pasar Indonesia yang menarik secara struktural,” papar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper