Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Mendarat di Level 4.920, Seluruh Sektor Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 2 persen dan berakhir di bawah level 5.000 pada perdagangan hari ini, Rabu (10/6/2020).
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 2 persen dan berakhir di bawah level 5.000 pada perdagangan hari ini, Rabu (10/6/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.920,68 dengan pelemahan tajam 2,27 persen atau 114,37 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (9/6/2020), IHSG masih mampu bertahan di atas level psikologis 5.000 dengan berakhir turun 0,7 persen atau 35,51 poin ke level 5.035,05.

Pelemahan indeks mulai berlanjut pada Rabu dengan terkoreksi 0,68 persen atau 34,51 poin ke level 5.000,55. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 4.892,82 – 5.036,86.

Seluruh 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah negatif, dipimpin pertanian (-3,51 persen). Pelemahan sektor pertanian berturut-turut diiikuti properti (-3,32 persen), industri dasar (-2,92 persen), dan finansial (-2,8 persen).

Tercatat 112 saham menguat, 343 saham melemah, dan 126 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing turun 5,6 persen dan 6,9 persen menjadi penekan utama IHSG.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan koreksi yang dialami oleh IHSG masih berkait dengan minimnya data makro ekonomi domestik yang memberikan dampak positif ke pasar. Akibatnya, terjadi aksi profit taking oleh investor.

Sementara itu, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya mengatakan IHSG sedang melewati fase konsolidasi wajar setelah mengalami kenaikan pada beberapa hari sebelumnya.

“Peluang tekanan terlihat masih cukup besar hingga beberapa waktu mendatang. Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek,” tulis William dalam riset harian yang diterima Bisnis.

Indeks saham lain di Asia berakhir variatif antara zona positif dan negatif. Indeks Nikkei 225 Jepang mampu naik 0,15 persen ketika Topix turun 0,23 persen.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing ditutup melemah 0,42 persen dan 0,18 persen. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,03 persen.

Sebaliknya, indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,31 persen dan indeks S&P/ASX 200 Australia naik tipis 0,06 persen, dan indeks S&P BSE Sensex India menanjak 0,63 persen.

Secara keseluruhan, bursa Asia mampu sedikit menguat bersama bursa Eropa dan kontrak berjangka indeks S&P 500 AS menjelang rilis keputusan kebijakan moneter Federal Reserve AS.

Dalam pertemuan yang berakhir Rabu (10/6) waktu setempat atau Kamis (11/6) dini hari WIB, The Fed diantisipasi akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran level nol persen.

Namun, investor pada umumnya akan mencari tahu apakah bank sentral AS ini berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian saat pulih dari pandemi virus corona (Covid-19).

Para pembuat kebijakan juga dapat mendiskusikan penentuan target imbal hasil untuk beberapa obligasi Treasury, sebuah strategi yang dikenal sebagai kontrol kurva imbal hasil.

“The Fed telah menawarkan sejumlah besar dukungan untuk ekonomi AS akibat krisis yang disebabkan oleh Covid,” ujar Analis di Firstrand Bank Ltd., Siobhan Redford.

“Ekspektasinya adalah akomodasi lebih lanjut akan diperpanjang melalui program pembelian obligasi, semacam kontrol kurva imbal hasil atau mungkin saluran lain,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.

Indeks dolar AS terpantau melemah 0,16 persen atau 0,242 poin ke level 96,082 pukul 15.52 WIB, menuju level terendah dalam tiga bulan terhadap sejumlah mata uang utama.

Rupiah pun mampu memangkas sebagian besar pelemahannya hari ini dan bertahan di kisaran level Rp13.900. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berakhir melemah 90 poin atau 0,65 persen ke level Rp13.980 per dolar AS, setelah bergerak fluktuatif di kisaran level Rp13.915 – Rp14.055 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper